Liga 1 Tinggal Impian, Kini SFC Terancam Degradasi ke Liga 3

Pemain PSMS Medan Nico Malau melewati hadangan pemain Sriwijaya FC/Foto:IG PSMS
Pemain PSMS Medan Nico Malau melewati hadangan pemain Sriwijaya FC/Foto:IG PSMS

Pupus sudah harapan Sriwijaya FC untuk promosi ke kompetisi kasta tertinggi di Indonesia yakni Liga 1. 


Kepastian itu setelah skuad berjuluk Laskar Wong Kito itu harus finish di urutan keempatan klasemen grup A Liga 2 Indonesia.

Hasil ini memastikan langkah klub yang pernah merengkuh doublle winner di tahun 2007 itu gagal lolos ke babak 12 besar, setelah hanya mampu bermain imbang 2-2 di laga pamungkas penyisihan grup di Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang, Minggu (17/12).

Babak 12 besar menjadi, fase yang krusial terkait potensi SFC untuk dapat menembus Liga 1. Namun, malangnya nasib klub kebanggaan wong kito kembali harus berjuang untuk tetap bertahan di Liga 2 lewat babak Playoff degradasi.

Pelatih SFC, Hendri Susilo tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa yang didapat tim asuhannya. Kendati demikian dirinya masih optimis dengan babak Playoff degradasi, SFC tetap betahan di Liga 2.

"Kalau dari hasil memang kecewa kita tidak menang, tapi kita harus adil menilainya karena tim kita tidak bisa tampil dengan kekuatan penuh. Termasuk dua pemain asing kita yang tidak bisa bermain, jadi hasil imbang ini menurut saya sudah bagus dengan mayoritas pemain muda dan baru," jelasnya.

Selain itu, Hendri mengakui jika dirinya belum bisa membentuk tim dengan maksimal karena keterbatasan waktu. "Jujur saja, saya baru pegang tim ini di empat laga terakhir. Manajemen juga tidak menargetkan lolos 12 besar. Terlepas dari hasil yang kita dapat hari ini bagi saya sudah cukup bagus," tegasnya.

Sementara itu, Qusoy Capo Tifoso Ultras Palembang mengatakan dengan hasil yang didapat. Pihaknya tidak bisa berbuat banyak, meskipun kecewa dirinya berharap ada perubahan yang lebih baik setelah musim ini.

"Meskipun hasilnya kurang mengenakan, tapi kami harus terima hasil ini. Mau gimana lagi, inilah hasilnya meskipun penuh dengan kekecewaan," ujar Qusoy Capo Tifoso Ultras Palembang dihubungi, Minggu (17/12).

Lebih lanjut dia mengatakan, kegagalan SFC tahun ini sangat dilema ditengah kondisi keuangan manajemen klub yang pas-pasan sehingga berdampak pada performa tim.

"Banyak tanda tanya dengan klub SFC ini, karena sudah dua musim ini klub ini sudah banyak kehilangan sponsor. Makanya jadi begini, karena manajemen tak mampu merekrut pemain yang bagus dan pelatih yang berkualitas. Kalau keuangan tim baik tentu di awal musim sudah bisa mencari rekrutan pemain yang bagus juga," jelasnya.

Selain itu dirinya juga menyoroti, BUMD Bank Sumselbabel yang tidak mensuport SFC dalam sponsorsip dalam dua tahun terakhir. "Permasalahan ini tentu sangat kompleks tapi yang menjadi pertanyaan kami ini bagaimana pihak Bank Sumselbabel yang dari tahun ketahun slelau mensuport namun sekarang tidak. Bagaimana klub ini maju, kalau tidak di support," tegasnya.

Hal senada juga diungkapan Ketua Sriwijaya Mania Sumsel (S-Man) Eddy Ismail, hingga kini pihaknya masih belum mendapatkan jawaban terkait pendanaan SFC yang bersumber dari sponsor.

"Kami menilai masalah keuangan manajemen karena tidak adanya support dari sposnor sebelumnya, berdampak pada performa tim. Menurut kami inilah akibatknya kalau keuagan tim tidak sehat, sehingga sulit mecari pemain yang bagus," pungkasnya.