Kabar bubarnya pasangan Bakal Calon Gubernur dan Bakal Calon Wakil Gubernur Sumsel, Mawardi Yahya-Harnojoyo (Mahar) semakin menguat.
- Hegemoni Herman Deru, Anomali Mawardi, dan Sensasi Eddy Santana di Pilgub Sumsel 2024
- Salurkan Hak Pilih, Mawardi Yahya dan Istri Jalan Kaki ke TPS 08
- Matahati Ungkap 8 Misi Utama untuk Kemajuan Sumsel di Debat Pilgub
Baca Juga
Itu setelah foto pertemuan antara Mawardi Yahya dan Anita Noeringhati dengan petinggi dan tokoh Partai Golkar beredar luas. Selain berfoto dengan Ketua Umum Airlangga Hartarto, keduanya juga melanjutkan pertemuan dengan tokoh senior Golkar yang juga Anggota DPR RI, Kahar Muzakir dengan didampingi oleh Ketua DPD I Partai Golkar Sumsel, Bobby Rizaldi.
Meskipun belum ada pernyataan resmi dari keduanya, beredarnya informasi mengenai pertemuan itu makin menguatkan isu terbentuknya duet Matahati (Mawardi Yahya-Anita Noeringhati) yang sebelumnya juga telah ramai berhembus.
Langkah politik yang dilakukan Mawardi Yahya tentu terbilang cukup cepat. Pasca Harnojoyo tak mendapat restu Demokrat, Mawardi segera melakukan pendekatan dengan tokoh lain yang potensial. Hanya saja, apakah langkah politik Mawardi itu bakal menggugurkan dukungan dari kelompok masyarakat Suku Besemah?
Tokoh Masyarakat Besemah, Dimyati Rais atau yang akrab disapa Haji Pandim mengatakan, dukungan Jurai Besemah terhadap figur calon Gubernur tidak bisa menjadi representasi suara Suku Besemah secara keseluruhan.
Menurutnya, masyarakat Sumsel baik yang berasal dari Suku Besemah maupun suku lainnya akan memberikan dukungan kepada figur yang dianggap berjasa membangun daerah.
"Persoalan dukung mendukung figur calon gubernur itu hak pribadi dan sifatnya rahasia. Jadi tidak ada kepatuhan terhadap keputusan tokoh ataupun ketua organisasi yang mewajibkan untuk memilih calon tertentu," kata Pandim.
Dia mengatakan, masyarakat Besemah saat ini sudah cukup pintar dalam menilai figur yang cocok untuk dipilihnya sebagai calon pemimpin. "Siapapun figur itu selama punya komitmen mensejahterakan daerah ayo sama-sama kita dukung," terangnya.
Itu artinya, dukungan yang diberikan kepada Mawardi Yahya-Harnojoyo oleh Jurai Besemah dalam halal bihalal Sabtu (27/4) lalu, tidak dapat dijadikan tolok ukur.
Hal ini kembali ditegaskan oleh salah satu tokoh pemuda masyarakat Semende kota Pagar Alam, Asnadi Arindi yang mengatakan, siapapun tokoh Besemah yang muncul pada Pilgub Sumsel nantinya tidak akan bergantung pada asal sukunya.
Masyarakat Besemah tentunya akan melihat kontribusi tokoh Besemah yang muncul terhadap kemajuan daerah. Hanya saja, Asnadi cukup bangga lantaran banyaknya elit politik di Pilgub Sumsel yang menginginkan suara dari masyarakat Besemah.
"Artinya, suku Besemah cukup diperhitungkan dalam menentukan pemimpin di Sumsel. Tetapi, tetap kita akan menilai dulu kontribusinya terhadap masyarakat seperti apa," bebernya.
Mawardi Didesak Segera Beri Pernyataan Resmi
Salah satu tokoh Jurai Basemah yang ikut mendeklarasikan dukungan kepada pasangan Mawardi-Harnojoyo, yakni Komjen Pol (Purn) Susno Duadji mengatakan, saat ini organisasi Jurai Besemah masih menunggu pernyataan resmi dari Mawardi Yahya maupun Harnojoyo terkait kelanjutan duetnya di Pilgub Sumsel.
"Jangan membingungkan masyarakat, kita tunggu saja pernyataan resminya," kata Susno.
Dia mengatakan, keputusan dukungan Jurai Besemah tentunya akan dibahas lebih lanjut dalam mekanisme organisasi. "Saya tidak berwenang menjawabnya, kita ada disiplin organisasi, tanyakan pada ketuanya, saya ini anggota Jurai Basemah saya tidak bisa memberikan pendapat pribadi," tegasnya.
Pengamat Politik Sumsel, Bagindo Togar mengatakan, keputusan Mawardi untuk melepas Harnojoyo dan menggaet Anita Noeringhati dinilai sebagai langkah yang tepat. Manuver keduanya untuk meraih dukungan partai juga terlihat lebih baik ketimbang saat berduet dengan Harnojoyo.
Pertemuannya dengan sejumlah tokoh Golkar menandakan jika sosok Anita punya posisi penting di dalam organisasi partai berlogo Pohon Beringin tersebut. "Kalau kita lihat pertemuan itu sudah mengarah ke persetujuan. Tinggal lagi yang menentukan hitam diatas putihnya. Artinya surat yang memiliki kop Golkar serta tanda tangan dan cap basah Ketua Umum," ujarnya.
Dia mengatakan, sejak awal Anita telah mendapat penugasan untuk maju pada Pilgub Sumsel sebagai wakil dari kader Partai Golkar. Menurutnya, Partai Golkar menilai Anita menjadi kader yang potensial saat ini. Mulai dari pengalamannya sebagai Anggota DPRD Sumsel tiga periode. Hingga puncaknya menjadi Ketua DPRD Sumsel.
"Pengalamannya sudah banyak, dari sisi ketokohan juga cukup kuat. Kemudian, dari sisi kualitas dan loyalitas juga sudah teruji," ucap Bagindo.
Selain itu, dari sisi gender, Anita bisa memenangkan suara perempuan. Lalu, terpenting lagi, Anita merupakan seorang Jawa dan mualaf yang bisa diterima baik dari kalangan muslim maupun non muslim.
"Dia (Anita,red) orang Jawa asli yang lahir di Klaten. Suku Jawa sendiri saat ini jumlahnya sekitar 27 persen dari penduduk Sumsel. Artinya dari sisi kelompok sosial, dia punya pengaruh lebih," terangnya.
Suku Jawa sendiri, kata Bagindo, memiliki monoloyalitas yang lebih tinggi ketimbang suku lainnya. Sehingga, meskipun Mawardi akan kehilangan sebagian besar suara Suku Besemah setelah melepas Harnojoyo. Namun, duet Matahati berpotensi memenangkan suara dari kelompok lainnya yakni Suku Jawa.
"Kalau persoalan suku Besemah sendiri, kan banyak terbagi ke sejumlah tokoh. Baik pak Harnojoyo, Joncik, Pak Alex dan tokoh-tokoh lainnya. Jadi suaranya masih bisa dimenangkan," tandasnya.
- Kejati Periksa Mantan Wali Kota Palembang Harnojoyo Terkait Kasus Korupsi Proyek Pasar Cinde
- Hasil Rekapitulasi Suara Pilgub, Sebanyak 1,7 Juta Warga Sumsel Golput
- Amplop Politik dan Pilgub Sumsel 2024: Mengungkap Anomali Demokrasi dan Politik Lokal