Land4Lives, Konsep Pengelolaan Bentang Lahan di Sumsel yang Tanggap Perubahan Iklim

Suasana lokakarya dan diskusi terpumpun Sustainable Landscapes for ClimateResilient Livelihoods in Indonesia (Land4Lives) di The Zuri Hotel Palembang, Rabu (2/2). (ist/rmolsumsel.id)
Suasana lokakarya dan diskusi terpumpun Sustainable Landscapes for ClimateResilient Livelihoods in Indonesia (Land4Lives) di The Zuri Hotel Palembang, Rabu (2/2). (ist/rmolsumsel.id)

Degradasi lingkungan yang terus berlanjut mempengaruhi 50-60 juta warga Indonesia. Khususnya mereka yang bergantung pada ekosistem alami untuk mata pencaharian dan ketahanan pangan.


Perubahan iklim telah memberikan dampak serius terhadap produktivitas pertanian yang akhirnya mengganggu pendapatan para petani.

Untuk itu, dibutuhkan suatu sistem tata kelola lahan yang benar agar dapat mencegah deforestasi yang berujung terhadap degradasi lingkungan. “Pengelolaan bentang lahan yang baik dapat mengurangi deforestasi serta menjaga ekosistem alami,” kata Direktur ICRAF Indonesia, Dr Sonya Dwi saat lokakarya dan diskusi terpumpun untuk menandai dimulainya Proyek Sustainable Landscapes for ClimateResilient Livelihoods in Indonesia (Land4Lives) di The Zuri Hotel Palembang, Rabu (2/2).

Sonya mengatakan, konsep Land4Lives menargetkan pengelolaan bentang lahan yang baik melalui kerja sama dengan petani untuk mengurangi terjadinya deforestasi, menjaga ekosistem alami, mengurangi kerentanan iklim, dan meningkatkan mata pencaharian. Land4Lives menawarkan solusi berbasis alam melalui sistem pertanian dan pangan yang tanggap iklim, serta pengelolaan lahan dan air yang komprehensif.

Proyek ini juga akan berfokus pada pengarusutamaan kesetaraan gender dalam mendukung pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan serta akses ke pasar. “Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat kapasitas komunitas rentan, termasuk didalamnya perempuan dan anak-anak perempuan, untuk dapat melakukan upaya mitigasi, meningkatkan ketahanan, sekaligus beradaptasi dengan dampak buruk dari perubahan iklim, melalui partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan lingkungan dan komunitas,” terangnya.

Proyek ini mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel. Di Sumsel, Land4Lives akan bekerja di dua wilayah fokus, yakni di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KHG) Lalan Mendis dan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Saleh-Sugihan. Fokus kegiatan di kedua wilayah adalah untuk mitigasi perubahan iklim.

Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Rosidin Hasan mengatakan Sumsel telah mengukuhkan komitmen untuk menurunkan emisi dari sektor berbasis lahan melalui program-program pertanian, pengelolaan dan pencegahan hutan, kampung iklim serta pengelolaan Daerah Aliran Sungai dalam RPJMD 2019-2023.

“Land4Lives selaras dengan upaya yang tengah dan akan dilakukan oleh Pemprov seperti yang tercantum dalam RPJMD 2019-2023. Harapan kami kegiatan ini akan mempercepat upaya pemerintah daerah untuk mencapai target pembangunan yang sudah kami tetapkan,” kata Rosidin.

Sementara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Firmansyah menambahkan, pengelolaan bentang lahan khususnya di kawasan gambut membutuhkan perlakuan yang berbeda dengan jenis lahan lainnya.

“Potensi ekonomi yang dikembangkan di lahan gambut diharapkan dapat disesuaikan dengan potensi masyarakat serta kondisi lahannya,” pungkasnya.