Laboratorium FKIP Universitas Sriwijaya Latih Pembuatan Peta Sejarah Digital

Suasana kegiatan pelatihan dan pendamping pembuatan peta dasar digital sejarah berbasis ArcGIS/ist
Suasana kegiatan pelatihan dan pendamping pembuatan peta dasar digital sejarah berbasis ArcGIS/ist

Kemajuan teknologi informasi saat ini telah memungkinkan kolaborasi antarbidang ilmu, termasuk dalam pembuatan peta dasar digital. Namun, para pengajar, peneliti, dan penulis sejarah di Kota Palembang masih minim pengetahuan tentang pembuatan peta. Mereka cenderung kurang inisiatif dalam membuat peta mandiri secara digital dan sering kali hanya menggunakan peta yang diambil dari Google, sehingga tampilan peta menjadi kurang menarik.


Prihatin dengan kondisi tersebut, Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri) mengadakan kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan peta dasar digital berbasis ArcGIS bagi peneliti, penulis, dan pengajar sejarah di Kota Palembang. Kegiatan ini diselenggarakan di Laboratorium Sejarah FKIP Unsri Kampus Ogan Palembang pada Selasa (20/6).

"Kami mengundang peneliti, dosen, guru, dan mahasiswa sejarah di Kota Palembang. Kegiatan pelatihan ini kami batasi hanya untuk sekitar 20 orang agar berjalan efektif. Selain materi, para peserta juga langsung praktek membuat peta digital berbasis ArcGIS dengan didampingi narasumber," ujar Alif B. Pamulaan, M.Hum, selaku ketua pelaksana kegiatan.

Menurutnya, peta seringkali hanya dianggap sebagai pengetahuan bagi para ahli kartografi, geografi, perencanaan tata kota, atau geologi. Padahal, pengetahuan dan kemampuan membuat peta digital saat ini memiliki banyak manfaat.

"Sebagai contoh, pada awalnya orang Eropa membuat peta untuk menjelajahi berbagai tempat asing di dunia. Dari situlah mereka mampu menguasai dunia. Inilah salah satu fungsi penting dari peta," kata M. Reza Pahlevi, M.Pd, yang menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.

Selain itu, pembuatan peta telah mengalami perkembangan pesat. Dari tulisan tangan pada masa klasik dan kegunaan militeristik pada awal masa modern, teknologi pemotretan udara, citra satelit, penginderaan jarak jauh, dan sistem komputerisasi (ArcGIS) membuat peta menjadi lebih akurat. Peta tidak hanya mencakup gambar permukaan bumi, tetapi juga berbagai kenampakan fisik, yang penting untuk pembangunan di semua sektor.

"Termasuk dalam mengajar dan meneliti sejarah. Sayangnya, di Kota Palembang belum banyak yang mengembangkan hal seperti itu, termasuk tidak adanya komunitas pengolah data peta," tambah Dr. Dedi Irwanto, yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut.

Laboratorium Pendidikan Sejarah FKIP Unsri dalam pelatihan ini juga menyediakan pendampingan lebih lanjut kepada peserta. Para peserta diajak untuk membuat peta digital dari peta sejarah yang ada di bawah bimbingan Giyanto, M.Sc., ahli geografi FKIP Universitas PGRI Palembang yang menjadi narasumber utama kegiatan tersebut.

"Saya baru mengetahui bahwa dengan aplikasi ArcGIS ini, membuat peta digital sangat mudah. Kita dapat membuat peta sejarah tentang Kota Palembang dengan berbagai dimensi dan zaman. Peta juga dapat menggantikan narasi deskriptif. Cukup dengan menampilkan peta dalam perkembangannya, saya dapat menceritakan bagaimana perkembangan dari Sriwijaya, masa kesultanan, hingga masa kolonial. Ketika mengajar, saya akan mencoba menampilkan peta yang saya buat sendiri dari praktek kegiatan ini," ujar salah satu peserta, Eko Budiyono, M.Pd, yang merupakan guru di SMKN 2 Palembang.

Dia berharap kegiatan serupa terus diadakan oleh Laboratorium Sejarah ini. Para guru merasa terbantu dengan adanya pelatihan ini, meskipun aplikasi ArcGIS untuk membuat peta sudah lama dikenal.