Pemerintahan Israel baru yang dipimpin oleh Perdana Menteri Naftali Bennet mengutuk kemenangan Ebrahim Raisi dalam Pemilihan Presiden Iran kemarin. Menurut Bennet, pemerintahan Raisi ini akan menjadi sebuah rezim algojo brutal.
- Gaza Digempur Israel Saat Idulfitri, 80 Orang Tewas
- Gencatan Senjata di Ujung Tanduk, Israel Bersiap Perang Lagi di Gaza
- Trump Izinkan Pengiriman Bom 2.000 Pon ke Israel
Baca Juga
Dikutip dari Reuters, Bennet juga memperingatkan kekuatan dunia untuk tidak melanjutkan negosiasi kesepakatan nuklir baru.
Menurutnya, kemenangan Raisi bukan terjadi karena pemungutan suara yang bebas dan adil, tetapi karena Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
"Pemilihan Raisi, menurut saya, adalah kesepakatan terakhir bagi kekuatan dunia untuk bangkit sebelum kembali ke perjanjian nuklir, dan memahami dengan siapa mereka berbisnis," ujar Bennett, seperti dikutip Reuters.
"Rezim algojo brutal tidak boleh diizinkan memiliki senjata pemusnah massal. Posisi Israel tidak akan berubah dalam hal ini," tambahnya.
Sementara itu, dimuat Anadolu Agency, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid menggambarkan Raisi sebagai pemimpin ekstremis.
"Presiden baru Iran, yang dikenal sebagai jagal Teheran, adalah seorang ekstremis yang bertanggung jawab atas kematian ribuan orang Iran. Dia berkomitmen pada ambisi nuklir rezim dan kampanye teror globalnya," kata Lapid.
Raisi merupakan kepala hakim yang telah dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat (AS) karena pelanggaran HAM. Ia dinyatakan menang dalam pemilihan presiden pada Sabtu (19/6).
- Gaza Digempur Israel Saat Idulfitri, 80 Orang Tewas
- Gencatan Senjata di Ujung Tanduk, Israel Bersiap Perang Lagi di Gaza
- Garuda Muda Optimis Optimistis Raih Poin di Laga Perdana Lawan Iran