Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperbarui data korban meninggal dunia dalam bencana longsor di Gunung Kuda, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang terjadi pada Jumat, 30 Mei 2025.
- BNPB Terus Lakukan OMC Biar Mudik Lebaran Aman
- Kepala BNPB Imbau Pemda Waspada Bencana saat Libur Lebaran
- BNPB: Bencana Akibat Cuaca Ekstrem Masih Terjadi di 4 Daerah
Baca Juga
"Jumlah korban yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia itu sudah 21 orang," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam konferensi pers virtual, pada Senin malam, 2 Juni 2025.
Sosok yang kerap disapa Pak Aab itu mengungkapkan, korban meninggal yang telah ditemukan dan telah dievakuasi tersebut belum seluruhnya, karena masih terdapat sejumlah nama pekerja pertambangan yang belum ditemukan.
"Yang tercatat masih hilang, yang masuk dalam daftar pencarian orang di SAR dan tim yang bekerja di lapangan itu tinggal empat orang," sambungnya.
Sementara, Aab mencatat jumlah korban luka-luka dalam longsor Gunung Kuda tidak signifikan, namun tetap dipastikan penangannya berjalan dengan baik.
"Delapan (korban) luka-luka sudah dibawa ke rumah sakit, dan daftar pencarian orang tinggal empat orang. Ini kita harapkan bisa selesai segera," ucapnya.
Aab menerangkan, longsor di Gunung Kuda merupakan kejadian yang disebabkan adanya aktivitas pertambangan. Sehingga korban meninggal, hilang, dan luka-luka adalah para pegawai di pertambangan itu.
"Ini adalah daerah yang terdampak longsor di Gunung Kuda. Meskipun daerah sekelilingnya bukan daerah rawan longsor, tapi sebenarnya itu (Gunung Kuda) bukit pasir, bukit kapur, dan material galian C yang fisiknya, topografinya seperti cone atau tempat es krim dibalik, segitiga," papar Aab.
"Nah ini kalau misalkan dipapas, digali (ditambang), yang sebenarnya lerengnya sudah cukup curam ini akan sangat membahayakan dan rawan longsor," sambungnya.
Aab juga menjelaskan hasil citra satelit sejak aktivitas pertambangan di Gunung Kuda dilakukan, yaitu mulai 2009 hingga 2024. Di mana hasilnya, terjadi penggalian material yang cukup masif dilakukan perusahaan penambang yang beroperasi legal di sana.
"Jadi ini bukan baru-baru ya. Artinya ini sudah hampir 15 tahun. Dan 2009 itu bukan awal pembukaan lokasi Gunung Kuda untuk pertambangan, tapi sudah terbuka mulai dari atas hingga daerah bagian selatan. (Kemudian berkembang di) 2013, 2016 semakin lebar. Dan 2019 makin naik kita lihat yang sebelah kiri, 2020 lebih luas lagi ke atas," jelasnya.
"Izin tambangnya mungkin ditambah, atau memanfaatkan izin yang sudah ada tapi lokasi masih banyak yang belum diolah. Ini 2021 yang tadinya masih belum tersambung kemudian digali juga, volumenya lebih banyak juga. Intensif penggalian mulai 2019, 2020, 2021, 2022, 2023, kemudian 2024," tambah Aab.
Kendati menyimpulkan kejadian longsor di Gunung Kuda Cirebon bukan termasuk bencana alam tetapi kecelakaan akibat tidak memperhatikan rambu-rambu keselamatan kerja, BNPB bersama tim SAR gabungan akan terus berupaya menyelesaikan tugas pencarian korban hilang, hingga masa tanggap darurat selesai.
"Meskipun masa tanggap darurat tujuh hari dari saat kejadian, artinya sampai Jumat minggu ini, tentu saja diharapkan sisa empat korban ini bisa selesai (ditemukan) dalam satu dua hari ini," pungkas Aab.
- Walhi Jabar Minta Pemerintah Tidak Cuci Tangan dalam Tragedi Tambang di Gunung Kuda Cirebon
- Jadi Tersangka, Pemilik dan Kepala Teknik Tambang Gunung Kuda Terancam 15 Tahun Penjara
- Ada 14 Korban Jiwa dalam Longsor Galian C Gunung Kuda Cirebon