Kompleks Makam Kawah Tengkurep Palembang, Destinasi Wisata Reliji yang Penuh Sejarah

Kompleks Makam Kawah Tengkurep Palembang. (Mita Rosnita/Rmolsumsel.id).
Kompleks Makam Kawah Tengkurep Palembang. (Mita Rosnita/Rmolsumsel.id).

Kota Palembang yang terkenal sebagai tempat sejarah peradaban kerajaan Sriwijaya tentunya memiliki banyak sekali budaya serta warisan yang masih lekat hingga saat ini. Salah satunya Kawah Tengkurep yang merupakan makam terkhusus bagi raja, pangeran, abdi serta semua keturunannya.


Makam Kawah Tengkurep ini terletak di Kelurahan Tiga Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, yang merupakan salah satu kawasan peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, Kerajaan Melayu yang bercorak Islam. 

Dikawasan makam Kawah Tengkurep sendiri terdapat makam Sultan Mahmud Badaruddin Joyo Wokromo (1724-1758), berserta keempat istrinya yaitu Ratu Seduh dari Jawa, Ratu Gading dari Malaysia, Mas Ayu Ratu dari Cina, dan Nyai Mas Naimah dari Palembang. Serta Guru Besarnya Imam Sayid Idrus Al. Indrus dan para keturunannya. 

Selain menjadi tempat bersejarah yang bercorak Islam melayu ini, makam Kawah Tengkurep juga menjadi salah satu tempat lokasi wisata religi lantaran dianggap mempunyai nilai budaya serta sejarah syiar Islam di Palembang. 

Juru Kunci makam Kawah Tengkurep, Ikhsan (50) menjelaskan nama “Kawah” sendiri berarti alat atau wadah, dan “Tengkurep” yang artinya terbalik. Tengkurep sendiri terlihat dari bentuk atap bangunan makam yang seperti wajan terbalik. 

Menurut Ikhsan, pemakaman ini sudah dibangun sejak 1728 dengan instruksi Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikramo dengan menggunakan bahan bangunan dari kapur pasir, putih telur dan batu. Pembangunan makam inipun tidak menggunakan bahan besi ataupun semen.

Bahkan usia pembangunan makam sendiri telah mencapai 300 tahun dan hanya direnovasi bagian dalam makam untuk diberikan keramik dan memperindah makam. 

Secara umum, pembanguan makam Kawah Tengkurep ini memiliki luas 1 hektar, dinding 120 meter, tinggi 15, dan lebar 8x8 persegi. Dengan makna masing-masing pembangunan makam, seperti 6 makam yang dilambangkan rukun imam, pintu dua berlambangkan 2 kalimat syahadat. 

Lebih Lanjut, Ikhsan mengatakan bahwa peziarah yang datang bukan hanya dari Kota Palembang saja, namun dari luar pun ada untuk memberikan doa kepada Sultan. 

Akan tetapi, Ikhsan juga mengaku bahwa masih ada masyarakat yang mempercayai tradisi dalam berdoa, bahkan ada peziarah yang membuat keanehan, seperti meletakan foto wanita yang dipenuhi jarum di dalam kuburan, serta ada peziarah yang memberikan nasi atau bahan lainya. "Itu tidak dibenarkan karena musyrik dan tidak ada ajarannya di agama," tegas dia. 

Lebih lanjut Ikhsan mengatakan, setiap tahun itu ada tradisi masyarakat, para ulama besar untuk berziarah di makam sultan seperti ziarah kubro. Bahkan ada peziarah dari luar seperti Arab, Myanmar, Singapura, Malaysia, Thailand dan negara lainnya yang ikut berziarah ke makam Kawah tengkurep ini. 

“Ada tradisi dari masyarakat seperti ziarah kubro yang dilakukan satu tahun sekali, tepatnya sebelum puasa. Namun, 2 tahun belakangan hal tersebut tidak dilaksanakan karena Covid-19,” katanya, Sabtu, (29/1/22). 

Ia juga menyampaikan untuk peziarah wanita yang sedang halangan atau haid dianjurkan tidak memasuki kawasan makam mengingat ini merupakan tempat sakral, serta memakai kerudung saat berziarah, dan bagi peziarah laki-laki itu harus menggunakan baju yang sopan untuk menghargai sultan. 

“Peziarah manapun boleh datang dan mengirimkan doa, namun harus sopan kalau berkunjung,” tutupnya.