Klan Duterte Menang Besar di Pemilu Sela Filipina, Nasib Marcos di Ujung Tanduk

Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan putrinya, Sara Duterte-Carpio/Net
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan putrinya, Sara Duterte-Carpio/Net

Pemilu paruh waktu atau sela Filipina awal pekan ini memberi hasil mengejutkan yang memperkuat posisi politik keluarga Duterte, sekaligus menimbulkan pukulan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr., yang popularitasnya kian menurun.


Salah satu kejutan terbesar adalah keberhasilan sekutu Sara Duterte, Wakil Presiden yang dimakzulkan, dalam merebut sedikitnya empat kursi Senat, lebih banyak dari yang diperkirakan. 

Dukungan ini bisa memperkuat posisinya dalam menghadapi persidangan Senat pada bulan Juli atas berbagai tuduhan, termasuk penyalahgunaan dana publik dan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Marcos.

Sara Duterte, putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, akan menghadapi persidangan yang dapat memakzulkannya secara permanen dan mencegah pencalonannya dalam pilpres mendatang. 

Untuk vonis bersalah, dua pertiga anggota Senat harus menyetujuinya, yang kini tampak semakin sulit dicapai dengan bertambahnya jumlah sekutunya.

“Sidang Senat masih merupakan ancaman besar bagi Sara Duterte, tetapi hasil pemilu ini membuat proses vonis menjadi lebih kompleks. Akan ada banyak negosiasi sekarang," kata profesor ilmu politik Universitas Filipina Maria Ela Atienza, seperti dimuat Bloomberg pada Selasa, 13 Mei 2025. 

Sementara itu, ayah Sara, Rodrigo Duterte kembali merebut posisi Wali Kota Davao City meski masih menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Dua putranya pun memimpin dalam pemilihan masing-masing, menjadikan klan Duterte semakin kuat.

Pergeseran ini dinilai sebagai tanda bangkitnya kembali kekuatan politik Duterte. 

“Hasil ini mencerminkan menurunnya popularitas Marcos Jr., bangkitnya kembali citra Duterte, dan diterimanya kembali oposisi liberal tradisional,” ungkap Anthony Lawrence Borja dari Universitas De La Salle.

Ketegangan antara Presiden Marcos Jr. dan Sara Duterte makin memanas sejak pecahnya aliansi politik mereka. November lalu, Duterte mengeluarkan pernyataan keras yang mengancam nyawa Presiden dan istrinya, jika ia dibunuh. 

Situasi semakin rumit ketika Marcos mengizinkan penangkapan Rodrigo Duterte oleh otoritas internasional pada Maret.

Meskipun pemilu ini tidak secara langsung memilih presiden atau wakil presiden, hasilnya menjadi barometer politik menjelang pemilu 2028 dan bisa menghambat agenda kebijakan Marcos, termasuk ambisinya memperluas pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen tahun ini.

Dengan kemenangan signifikan kubu Duterte dan lemahnya kinerja tim Marcos di Senat, Filipina tampaknya akan memasuki babak baru dinamika politik yang lebih sengit dan penuh intrik.