Vaksin AstraZeneca merupakan salah satu vaksin Covid-19 yang digunakan banyak negara untuk menekan pandemi yang terjadi saat ini. Dalam pembuatan vaksin AstraZeneca ini ada keterlibatan seorang pemuda asal Indonesia yakni Indra Rudiansyah.
- 2,7 Juta Vaksin AstraZeneca Bantuan Australia Tiba di Indonesia
- Indonesia Bakal Dapat 2,5 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca dari Australia
- Aturan Baru Bagi Penyintas Covid-19, Satu Bulan Sudah Bisa Vaksin
Baca Juga
Indra merupakan seorang mahasiswa doktoral asal Indonesia jurusan Clinical Medicine dari Oxford University
"Saya berasal dari Indonesia," kata Indra dalam video yang diunggah Deutsche Bank
Dia mengatakan sebagian besar penelitiannya fokus pada pembangunan vaksin untuk melawan sederet penyakit menular seperti HIV, Ebola dan penyakit yang berpotensi menjadi Pandemi seperti SARS, MERS dan saat ini Covid-19.
Dalam wawancara terpisah dengan CNN, Indra menjelaskan, Covid-19 mulai muncul pada awal Januari. Dimana, saat itu, dia belum terlibat dalam pembuatan vaksin dan Oxford hanya melibatkan tim Emerging Pathogen Diasese.
"Rekan-rekan saya sudah memulai proyek ini, sedangkan saya di tim Malaria bukan tim khusus Covid-19," terangnya.
Kemudian, oxford membentuk tim khusus vaksin Covid-19 terbuka, sehingga membuka kesempatan bagi semua mahasiswa, staf, atau mahasiswa pasca doktoral untuk terlibat. Dia pun lalu mendaftarkan diri untuk ikut terlibat dalam pembuatan vaksin tersebut.
Dia merupakan salah satu dari 200 lebih ilmuan di Oxford yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 ini. "Saya berhasil masuk tim dan ditugaskan ke tim respon antibodi untuk membantu ujicoba," katanya.
Tugasnya, dia memiliki tanggungjawab untuk memantau respons antibodi orang yang telah diberi vaksin. Ini merupakan tugas yang krusial, karena bagian pengujian menilai seberapa efektif vaksin potensial dan efek sampingnya.
Terpisah, dalam wawancara lainnya dengan Jakarta Post, Indra mengaku dalam pembuatan vaksin ini juga berpacu dengan waktu. Dimana, tekanan datang dari virus itu sendiri bukan dari masyarakat.
“Kami berpacu dengan waktu di sini karena tingkat penularan (Covid-19) di Inggris mulai menurun, yang berarti kami pada akhirnya dapat kehilangan kesempatan untuk menguji vaksin kami," tutup Indra seorang sarjana di bidang bioteknologi dan gelar master di bidang mikrobiologi dari Institut Teknologi Bandung.
- Menteri Yasonna Bicara soal Human Dignity di Oxford University
- Mulai 11 Mei, Melancong ke AS Tak Wajib Vaksin Covid-19
- Curhat Jokowi, Pontang-Panting Cari Vaksin Demi Redam Kasus Covid-19: Sangat Mencekam Saat Itu