Itu Bukan Carok!

Moh Hasan dan Penjabat (Pj) Bupati Bangkalan, Arief Moleya Edie/RMOLJatim
Moh Hasan dan Penjabat (Pj) Bupati Bangkalan, Arief Moleya Edie/RMOLJatim

Peristiwa berdarah itu terekam dalam sebuah video yang diambil seorang warga. Dalam hitungan menit, rekaman itu menyebar dengan cepat melalui berbagai platform media sosial. Namun, di balik keganasan peristiwa ini, ada harapan untuk membangun kembali Bangkalan.

Peristiwa perkelahian bersenjata tajam itu menjadi sorotan media massa, tak hanya di Bangkalan. Wartawan dari berbagai media cetak, televisi, dan online, antusias memusatkan perhatian mereka untuk meliput dan memberitakan perkembangan peristiwa itu.

Namun, ada perdebatan mengenai penggunaan istilah "carok" pada judul berita, yang mencerminkan betapa ganasnya perkelahian itu.

Peristiwa itu segera mengisi ruang pemberitaan dan menjadi perbincangan hangat dalam beberapa hari terakhir. Tak hanya jadi topik di media massa, tetapi juga bahan perbincangan di dunia maya. Kabar tentang insiden itu menjadi topik yang ramai diperbincangkan netizen.

Empat hari setelah peristiwa perkelahian itu, Kantor Berita RMOLJatim mendapat kesempatan mewawancarai Penjabat (Pj) Bupati Bangkalan, Arief Moleya Edie, tepatnya Senin (15/1).

Sore, sekitar pukul 14.51 WIB, kami dihubungi Kabag Protokol Pemkab Bangkalan, Erwin, agar segera menuju kantor bupati.

Erwin mengagendakan wawancara bisa dilakukan saat itu juga. Kendati jadwal Pj bupati padat, tapi tetap meluangkan waktu untuk wawancara. Padahal kami sempat meminta agar pertemuan itu dijadwal ulang.

Sejak pagi, Arief telah menghadiri rapat bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Timur dan acara audiensi dengan investor, membahas akomodasi angkutan umum Trans Jatim. Meski lelah, semangat Pj bupati menjalankan tugasnya tetap terpancar.

Sebelum memulai sesi wawancara, Arief bercerita, ia baru saja merombak tata letak beberapa kursi dan meja kerja di ruang kerjanya. Ia ingin menciptakan suasana yang lebih nyaman dan menyegarkan bagi dia dan timnya.

Akhirnya kami masuk pada pembahasan seputar peristiwa perkelahian. Pj bupati menyoroti penggunaan istilah "carok", dan menjelaskan bahwa istilah itu tidak relevan lagi di zaman sekarang. Menurutnya, yang terjadi adalah perkelahian bersenjata tajam, yang juga sering terjadi di daerah lain.

Pj bupati juga menyesalkan penggunaan istilah "carok" oleh masyarakat dan media massa. Menurutnya, penting bagi semua pihak untuk memahami tradisi carok di Madura. Namun ia menegaskan, carok hanya digunakan untuk menyelesaikan urusan pribadi, tidak melibatkan orang lain.

"Aduh, kejadian kemarin itu saya bilang bukan carok. Itu perkelahian, kebetulan menggunakan celurit. Jadi jangan semuanya ditulis carok. Saya minta teman-teman media juga mengerti, begitu juga warga. Carok, menurut buku-buku dan sejarah yang saya baca, dan para sesepuh, itu sesuatu yang sangat sakral," kata Pj Bupati Arief.

"Tawuran di Jakarta itu juga menggunakan senjata tajam. Tapi orang tidak bilang itu carok. Di Madura, tolong teman-teman juga jangan mengistilahkan dengan carok," imbuhnya.

Arief meminta semua masyarakat tidak menggunakan istilah carok pada semua peristiwa perkelahian bersenjata tajam. Ia juga meminta semua pihak tidak terus-menerus memberitakan peristiwa kekerasan yang berakibat kematian.

Menurutnya, hal itu sangat berdampak buruk terhadap citra Bangkalan dan Madura, serta menjadi kendala bagi investor yang berencana menanamkan bisnis di Bangkalan.

"Ini yang saya minta kepada seluruh masyarakat. Cukup, ini yang terakhir. Karena apa, orang akan takut datang ke Madura. Kalau orang datang takut ke Madura, apalagi itu Bangkalan, terus mau kemana lagi kita," keluhnya.

Arief berharap sengketa atau pertikaian tidak lagi diselesaikan dengan menggunakan senjata tajam. Ia meminta kepada masyarakat agar menyelesaikan perselisihan dengan mengikuti hukum pidana negara. Ia juga mengajak masyarakat tidak menggunakan kekerasan dan berdemonstrasi dalam menyampaikan aspirasi, lebih baik berdiskusi.

Di sisi lain, Arief juga bicara tentang upaya membangun Bangkalan. Ia merasa bangga dengan perkembangan Bangkalan yang meningkat.

Bangkalan sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur dan merupakan salah satu pendukung utama ibu kota provinsi. Ia berharap agar Bangkalan terus maju dan setara dengan daerah lain di Jawa Timur.

Dia juga mengungkapkan perannya membangun kota, termasuk melibatkan pedagang kaki lima (PKL) memperbaiki kawasan di sekitar stadion dan rumah sakit, agar tercipta kota yang lebih baik, melalui kolaborasi dengan masyarakat.

Wawancara dengan Pj Bupati Bangkalan ditutup dengan meneguk secangkir teh yang sudah dihidangkan sejak tadi. Saat kami keluar kantor Pemda Bangkalan, tampak pemandangan senja. Matahari sudah berada di tepi barat, mewarnai langit dengan nuansa kuning keemasan.

*Wartawan Kantor Berita RMOLJatim