Indonesia Butuh Pemimpin yang Peduli Isu Hijau dan Lingkungan

Sobat Hijau Ganjar/ist
Sobat Hijau Ganjar/ist

Relawan Sahabat Hijau Ganjar (SHG) menilai momen Idulfitri selalu menjadi saat yang dinantikan bagi masyarakat Indonesia, karena roda pergerakan ekonomi cendrung terakselerasi seiring dengan peningkatan kebutuhan menjelang hari raya.


Akan tetapi, seiring dengan momen tersebut sering kali diiringi dengan peningkatan harga-harga kebutuhan pokok, sebagai konsekwensi dari tingginya permintaan masyarakat.

Pangan merupakan kebutuhan utama umat manusia, sehingga isu-isu terkait pangan menjadi isu yang penting dalam kehidupan masyarakat. Sektor pertanian memiliki keterkaitan yang erat dengan isu hijau, produksi pangan adalah faktor penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan nasional. Isu-isu hijau seperti perubahan iklim, degradasi

tanah, keanekaragaman hayati yang menurun, dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien dapat memengaruhi produksi pangan dan mengancam ketahanan pangan.

Selain itu, menjaga keanekaragaman hayati juga sangat penting dalam meningkatkan ketahanan pangan. Keanekaragaman hayati yang tinggi dapat membantu meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit dan hama serta memperkuat sistem pangan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, menjaga keanekaragaman hayati melalui praktik pertanian berkelanjutan dan konservasi habitat alami menjadi penting dalam memastikan ketahanan pangan nasional.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa isu hijau sangat berkaitan erat dengan pangan, yang mana memiliki dampak yang sangat signifikan bagi ekonomi nasional suatu negara. Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah dan lahan yang subur, sudah seyogya-nya memiliki pemimpin negara yang perduli akan isu hijau.

SHG menilai kebijakan Pencapresan Ganjar Pranowo (GP) merupakan jawaban, terhadap Isu Hijau dan Lingkungan. Dalam wawancara dengan Najwa Shihab (23/04/2023), Ganjar Pranowo (GP) memaparkan ada 4 isu penting yang perlu menjadi perhatian saat ini yaitu (1). Lingkungan; (2). Energi; (3). Pangan; dan (4). Dunia Digital.

Hal tersebut selaras dan berkesinambungan dengan Isu Hijau dan Lingkungan, yang menjadi perhatian masyarakat akar rumput. Dalam wawancara tersebut GP juga berpendapat, riset terkait pertanian yang selaras dengan kebutuhan para petani merupakan kunci dari ketahanan pangan nasional. Hilirasi yang sudah dilakukan oleh Pemerintahan Joko Widodo harus dilanjutkan dengan industrialisasi, dimana SDM harus selaras dengan lembaga riset dan kampus.

Belajar dari Krisis 1998

UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) memiliki peran penting dalam menyelamatkan Indonesia selama krisis ekonomi pada tahun 1998, termasuk dalam konteks isu pangan. Saat krisis tersebut, harga pangan di Indonesia melonjak dan ketersediaan pangan menurun secara signifikan, sehingga memicu kenaikan angka kemiskinan dan kelaparan.

Dalam situasi ini, UMKM muncul sebagai pelaku utama dalam mengatasi masalah

ketersediaan pangan. Banyak pengusaha kecil yang memanfaatkan bahan-bahan lokal untuk memproduksi makanan dan minuman yang terjangkau bagi masyarakat. Selain itu, banyak juga petani kecil dan pedagang makanan tradisional yang mengambil peran penting dalam memastikan pasokan pangan yang terus-menerus ke pasar lokal.

Selain memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, UMKM juga berperan dalam membantu menggerakkan perekonomian di Indonesia selama krisis ekonomi. Dengan membeli bahan mentah lokal dan memproduksi makanan dan minuman yang dijual di pasar lokal, UMKM membantu mendukung petani dan produsen lokal, sehingga membantu memperkuat perekonomian lokal.

Dalam jangka panjang, UMKM dapat terus memainkan peran penting dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia. Dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi yang tepat, UMKM dapat memproduksi pangan yang sehat dan terjangkau serta membantu memperkuat perekonomian lokal.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor yang paling terdampak akibat pandemi virus Covid-19. Banyak pelaku UMKM yang kehilangan pendapatan, tidak bisa mencicil pembiayaan, hingga gulung tikar karena berkurangnya pendapatan. Namun satu sisi sektor UMKM lah yang selalu menjadi penyelamat perekonomian lokal bahkan nasional.

Keberadaan sektor ekonomi informal seperti UMKM belum menjadi perhatian besar Pemerintah, walaupun ada kementerian yang menangani sektor tersebut. Disinilah sebuah

tantangan bagi Pemerintah terhadap fungsi dan peran dalam mewujudkan kekuatan ekonomi lokal dan nasional selain kekuatan ekonomi makro yang banyak mendapatkan perhatian besar.

Penyelenggaraan Pemerintahan. Pondasi inilah upaya Pemerintah dapat menciptakan akselerasi sinergisitas yang bersinambungan dalam menciptakan kondisi desa cerdas dengan berbagai potensi dan peluang desa tersebut menjadikan desa cerdas (Smart Village).

Pandemi COVID-19 dan Efeknya Terhadap Lingkungan

Pandemi Covid-19 berdampak negatif terhadap lingkungan laut. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya illegal fishing di beberapa daerah seperti Natuna dan Raja Ampat. Namun disisi lain, wabah virus corona jenis baru ini berdampak positif bagi alam, termasuk Laut.

Berkurangnya aktivitas manusia dengan isolasi mandiri untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 memberikan waktu bagi Laut untuk beristirahat sejenak. Selama pandemi Covid-19 tidak ada lagi keramaian para wisatawan di berbagai objek wisata perairan tanah air.

Hal itu sangat berpengaruh positif pada kondisi laut dan ekosistem di dalamnya. Tidak adanya aktivitas wisatawan ini juga membawa pengaruh terhadap pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan saat berwisata. Selain itu, tingkat polusi suara atau kebisingan dari kapal-kapal laut yang mengangkut wisatawan maupun shipping kapalkapal besar berkurang.

Data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan peningkatan total nilai produksi ikan tangkap laut sebesar Rp 171,53 Triliun pada tahun 2020, yang pada tahun 2021 meningkat menjadi Rp 993,50 triliun atau hampir 9 kali lipat dibandingkan tahun 2020. Dari data tersebut membuktikan, Indonesia kaya akan sumber daya alam kelautan khususnya perikanan, dan merupakan potensi yang kuat bagi ekonomi Indonesia. Kondisi pandemi memberikan pengaruh pengurangan sampah dan polusi terhadap laut, dimana lingkungan dapat berisitirahat sejenak untuk memulihkan diri. Lebih lanjut ekonomi kelautan dan perubahan iklim adalah Kepentingan Nasional Indonesia.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan isu hijau dan lingkungan memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor pangan, yang merupakan kebutuhan utama bagi manusia dan sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Keanekaragaman hayati yang tinggi juga sangat penting dalam meningkatkan ketahanan pangan. UMKM memiliki peran penting dalam memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat, terutama selama krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1998.

Selain itu, digitalisasi UMKM dan BUMDes dapat membantu memperkuat perekonomian lokal dan memudahkan akses masyarakat terhadap pangan yang sehat dan terjangkau. Indonesia memerlukan pemimpin yang peduli terhadap isu hijau dan lingkungan, serta memperhatikan sektor pertanian dan UMKM untuk menjaga ketahanan pangan dan perekonomian nasional. Pandemi COVID-19 memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan untuk “Istirahat” sejenak, terbukti dari peningkatan jumlah tangkapan ikan nelayan, dan pendapatan dari penjualan yang dihasilkan, menandakan isu hijau memberikan dampak yang sinifikan terhadap ekonomi masyarakat, khususnya nelayan yang mana Indonesia merupakan negara maritim dengan sumber daya alam yang besar. Selanjutnya, SHG menilai kebijakan Pencapresan Ganjar Pranowo (GP) adalah jawaban atas isu-isu hijau yang penting saat ini, dimana proritas dari GP adalah lingkungan, energi, pangan, dan dunia digital.

Industrialisasi dengan melibatkan lembaga riset dan kampus diharapkan dapat menjagae ketahanan pangan nasional dan keberlanjutan lingkungan di masa depan.

Sobat Hijau Ganjar (SHG), adalah bentuk kepedulian masyarakat akar rumput terhadap nilainilai demokrasi Indonesia, isu-isu hijau, dan lingkungan, demi keberlangsungan pembanguanan berkelanjutan Indonesia, untuk Indonesia yang lebih sejahtera, maju, dan hijau.

Artikel ini ditulis oleh : Tim Relawan Sahabat Hijau Ganjar (RGH) Pimpinan Ketua Umum, Dini Ramadhani dan Kadep Riset dan Kajian Publik, Farid Ramadhony.