Balai Pengelola Kereta Api Ringan Sumatera Selatan (BPKARSS) mulai memanfaatkan sejumlah aset yang dimiliki LRT Sumsel untuk menambah pemasukan. Salah satunya stasiun Ampera Palembang. Rencananya, di stasiun tersebut bakal dibangun beberapa tenan UMKM, workspace dan panggung acara.
- Nikmati Indahnya Palembang dari Ketinggian, LRT Sumsel Jadi Pilihan Utama Wisatawan
- Tembus Rekor! LRT Sumsel Layani 343 Ribu Lebih Penumpang Selama Angkutan Lebaran 2025
- Lonjakan Penumpang, LRT Sumsel Layani 31 Ribu Lebih Pelanggan pada Hari Keempat Lebaran
Baca Juga
Kepala BPKARSS, Amanna Gappa mengatakan, pengelolaan LRT Sumsel kedepannya tidak hanya akan berfokus kepada tren penumpang. Nantinya, ruang-ruang yang ada di dalam stasiun juga bakal dioptimalkan untuk menambah pendapatan LRT Sumsel.
“Ruang yang ada di stasiun bisa dimanfaatkan untuk tempat berkumpul, nongkrong bahkan menggelar acara seperti seminar maupun pertemuan lainnya,” kata Amanna Gappa saat dibincangi usai Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Optimalisasi Pemanfaatan Fasilitas Sarana dan Prasarana LRT Sumsel di Stasiun LRT Ampera, Kamis (21/10).
Ia mengatakan, nantinya berbagai ruang di stasiun akan dikerjasamakan dengan pihak yang berminat. BPKARSS sendiri menggandeng sejumlah komunitas. Seperti seniman dan perguruan tinggi agar nantinya dapat memanfaatkan ruang di stasiun untuk menggelar acara.
“Konsep kita ini bisa jadi smart city. Bangkitan baru agar masyarakat bisa datang ke stasiun,” ucapnya.
Secara tidak langsung nantinya strategi ini juga akan berdampak terhadap peningkatan jumlah penumpang yang saat ini mulai mengalami peningkatan. “Untuk penumpang, trennya sekarang sudah naik. Sudah diatas 10 persen dari kapasitas. Kondisi sekarang yang sudah berangsur normal tentunya akan lebih menambah jumlah penumpang,” bebernya.
Pemanfaatan aset, sambung Amanna, bakal difokuskan di Stasiun LRT Ampera terlebih dahulu. Selanjutnya, akan dikembangkan ke stasiun LRT lainnya. “Kita akan melihat kondisi satu tahun ini. Jika berhasil akan diterapkan di stasiun lainnya,” terangnya.
Amanna mengakui, pendapatan LRT Sumsel saat ini belum cukup untuk mengurangi beban subsidi yang cukup besar. Hanya saja, secara bertahap subsidi ini akan terus dikurangi. “Untuk biaya operasi saja, pengeluaran per tahun sekitar Rp 160 miliar. Itu baru untuk kegiatan perintis dan juga biaya listrik,” ungkapnya.
Sekretaris Jenderal Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Zulmafendi menuturkan, mengubah kebiasaan masyarakat dari pengguna jalan raya menjadi pengguna kereta cukup sulit dilakukan. Namun, perlahan namun pasti keberadaan LRT Sumsel saat ini sudah membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan kemacetan di Kota Palembang.
“Sosialisasi terus kami lakukan. Salah satunya dengan berbagai kegiatan di kawasan LRT Sumsel khususnya stasiun,” ucapnya.
Zulmafendi menjelaskan, pemanfaatan aset LRT Sumsel nantinya akan terus diperluas. “Tahap awal ini baru stasiun yang akan dimanfaatkan. Kedepan aset lainnya juga bisa akan dioptimalkan untuk menjadi sumber pendapatan bagi LRT Sumsel,” terangnya.
Sementara itu, Plt Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Pemprov Sumsel, Ekowati Retnaningsih mengatakan, banyak aset LRT Sumsel yang bisa dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan di luar tiket. Selain stasiun, bisa juga memanfaatkan 860 tiang LRT Sumsel di sepanjang jalan protokol.
“Bisa dimanfaatkan untuk kegiatan advertising atau reklame. Saya rasa ini akan menarik minat masyarakat,” pungkasnya.
- Nikmati Indahnya Palembang dari Ketinggian, LRT Sumsel Jadi Pilihan Utama Wisatawan
- Tembus Rekor! LRT Sumsel Layani 343 Ribu Lebih Penumpang Selama Angkutan Lebaran 2025
- Lonjakan Penumpang, LRT Sumsel Layani 31 Ribu Lebih Pelanggan pada Hari Keempat Lebaran