HDCU Siapkan Solusi Konkret Pengentasan Rumah Tidak Layak Huni di Sumsel

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel, Herman Deru-Cik Ujang. (handout/rmolsumsel.id)
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel, Herman Deru-Cik Ujang. (handout/rmolsumsel.id)

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) nomor urut 01, Herman Deru dan Cik Ujang (HDCU), menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi rumah tidak layak huni (RTLH) yang masih banyak ditemukan di Sumsel. 


Hal ini disampaikan Herman Deru dalam debat ketiga Pilkada Sumsel yang berlangsung di Hotel Aryaduta pada Kamis malam (21/11).  

Herman Deru menjelaskan bahwa kawasan kumuh di Sumsel terbagi menjadi dua kategori: kawasan yang tidak higienis dan kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi.  

“Di Sumsel masih banyak kawasan kumuh, dan ada dua jenis kawasan yang kita hadapi. Pertama, kawasan kumuh karena rumah yang tidak higienis, dan kedua, kawasan kumuh karena kepadatan penduduk,” ujar Herman Deru.  

Untuk kawasan yang tidak higienis, Herman Deru menyarankan program sanitasi yang lebih baik. Sementara itu, untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk, diperlukan langkah besar berupa penyediaan lahan pemukiman yang layak, dengan melibatkan kerjasama antara pemerintah daerah dan sektor swasta.  

“Kita harus menyiapkan lahan. Tidak perlu dana dari APBN atau APBD, tetapi bisa dengan gotong royong bersama perusahaan-perusahaan besar yang ada di sekitar kita,” jelasnya.  

Herman Deru juga menyoroti keberhasilannya saat menjabat sebagai Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Ia menyebut telah membangun rumah layak huni untuk masyarakat dan meraih penghargaan Rekor MURI atas prestasi tersebut.  

"Langkah pertama adalah memetakan daerah yang membutuhkan perhatian. Setelah itu, laporan dari daerah akan diteruskan ke Provinsi," kata Deru.  

Ia juga menegaskan bahwa selama masa jabatannya sebagai Gubernur Sumsel, jumlah RTLH di wilayah ini telah berkurang.  

“Sejumlah kawasan kumuh seperti Pasar Cinde dan Jakabaring, serta proyek-proyek mangkrak seperti Masjid Sriwijaya, itu bukan di era saya. Waktu saya menjabat, semuanya bersih dan sudah ada upaya untuk penataan,” pungkasnya.