Harga Kopi Anjlok, Disbun Muara Enim Upayakan Jaga Kualitas

Sepinya permintaan membuat harga kopi di Kabupaten Muara Enim anjlok. Ini juga merupakan dampak Pandemi Covid-19, di mana para pengusaha kopi sulit memasarkan produk mereka.


Hardianto salah seorang petani Kopi di Semende, Kabupaten Muara Enim, mengatakan harga kopi saat ini turun. Harganya berkisar Rp 15 ribu-Rp 16 ribu per kg.

"Itu harga kopi selang memang lebih rendah karena kualitasnya, yang tidak sebaik kopi panen musim yang saat ini dihargai Rp 18 ribu-Rp 19 ribu per kg," ujarnya, Sabtu (13/6/2020).

Harga itu jauh turun jika dibandingkan harga normal di mana biasanya kopi musim dihargai Rp21 ribu-Rp 23 ribu.

"Ini merupakan dampak dari covid 19 dimana permintaan memang menurun drastis," bebernya.

Mengenai pemasaran, lanjutnya, Kopi Semende ini dijual ke daerah Lampung dan Palembang seperti biasa.

"Biasanya memang dijual ke sana, kalau sekarang untuk daerah Semende ini baru akan memasuki masa panen," terangnya.

Tokoh Pemuda Semende Hafizul mengatakan bahwa Semende harus membuat rumah produksi sendiri, untuk menghimpun kopi dari para petani kopi.

"Paling tidak untuk menjaga agar harga kopi tetap stabil termasuk juga pemasarannya, untuk itu kami berharap agar mendapat dukungan dari pemerintah daerah," imbuhnya.

Kepala Dinas Perkebunan Muara Enim Mat Kasrun mengatakan, saat ini harga setiap komoditi mengalami penurunan begitupun untuk kopi.

"Harga turun karena permintaan yang memang turun sehingga otomatis stok kopi melimpah," terangnya.

Permintaan turun karena pengusaha kopi seperti cafe-cafe berhenti beroperasi dan tutup sehingga kopi yang ada pun tidak bisa dijual.

"Oleh karena itu permintaan menjadi menurun, tapi kopi tetap ada yang membeli hanya saja harga jualnya yang tidak bisa dijamin stabil," tuturnya.

Saat ini berdasarkan data yang dimiliki dinas perkebunan harga kopi di tingkat petani adalah Rp15 ribu-Rp16ribu padahal biasanya Rp20ribu-Rp21ribu.

"Itu untuk Kopi Robusta. Kalau Kopi Arabika harganya stabil yakni Rp 25 Ribu, sementara yang olah basah Rp 70 ribu per kg," bebernya.

Upaya yang sudah dilakukan Disbun yakni intensifikasi, dengan membantu pemberian pupuk dan penanganan pasca panen.

"Juga ada bantuan mesin pemecah kopi mobile yang diberikan kepada kelompok tani," terangnya.

Juga pemberian terpal agar para petani tidak menjemur kopi di pinggir jalan dan tidak terlindas kendaraan yang melintas.

"Kita berusaha meningkatkan kualitas kopi tersebut sehingga harga jualnya juga diharapkan tetap stabil," imbuhnya.

Di masa Pandemi Covid-19, semua hal tersebut memang tetap dilakukan meskipun permintaan menurun karena berbagai hal.

"Salah satunya yang bisa dilakukan adalah tetap berproduksi karena permintaan tetap ada meskipun sedikit, dan kalau harga memang tidak bisa dijamin," tuturnya.

Untuk saat ini, lanjutnya, Muara Enim baru mulai memasuki masa panen untuk kawasan Tanjung Agung dan selanjutnya ke daerah yang lebih tinggi yakni Semende.

"Mengenai luasan lahan perkebunan kopi robusta sekitar 23 ribu hektar dan arabika 600 hektar," pungkasnya. [ida]