Fenomena Pindah Partai Jelang Pemilu, Cari Perahu Menjaga Laju

Dedi Sipriyanto, Muhammad Yaser, SN Prana Putra Sohe dan Alfian Maskoni/kolase
Dedi Sipriyanto, Muhammad Yaser, SN Prana Putra Sohe dan Alfian Maskoni/kolase

Sejumlah tokoh politik di Sumsel memutuskan pindah partai jelang pemilu. Bahkan telah dimulai sejak tahun lalu. Lantas, apakah fenomena ini merupakan pilihan dari hati atau hanya sekadar langkah cari perahu untuk menjaga laju?


Pengamat politik Sumsel Bagindo Togar mengungkapkan, fenomena yang kerap terjadi di Indonesia ini salah satunya disebabkan oleh kurang selektifnya partai dalam menjaring kader. 

Mereka yang pindah partai jelang pemilu ini, cenderung kader karbitan yang melihat peluang lebih jauh ataupun lebih besar lewat partai lain. Lebih jauh, kader seperti ini menurutnya tidak punya ikatan emosional maupun ideologis dengan partai.

"Peran ideologis partai harus dipertanyakan. Kalau dulu di zaman orde baru disebut kader kutu loncat, karena kader seperti ini hanya menganggap parpol sebatas kendaraan untuk mengantarkan mereka ke jabatan politik," ungkap Bagindo. 

Terlebih di masa saat ini, kader milenial cukup ramai, sehingga sebuah partai menurutnya harus lebih selektif dalam menjaring kader, tidak hanya asal populer dan punya duit untuk meraih suara.

"Parpol juga harus memikirkan jangan hanya mengandalkan kader yang punya isi tas tapi tidak pernah ikut sekolah politik. Jadinya orang mau jadi caleg hanya untuk kepentingan dia sendiri, setelah ada yang lebih menguntungkan pindah partai lain. Inilah kader yang tidak punya ideologis terhadap partai," jelasnya. 

Nasdem Sumsel jadi Partai Paling Laris

Salah satu partai yang bisa disebut ‘laris’ menarik minat tokoh politik di Sumsel adalah Partai Nasdem, yang saat ini dipimpin oleh Gubernur Herman Deru.

“Ini merupakan hal yang patut kita syukuri karena kepercayaan terhadap Partai Nasdem jauh meningkat,”ujar Herman Deru kepada Kantor Berita RMOLSumsel.id, dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu.

Selain H Budi Antoni Aljufri (HBA), politisi Golkar yang kini telah menjadi anggota kehormatan DPW Partai Nasdem Sumsel, ada pula nama Taufik Husni, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumsel yang juga telah bergabung dengan Nasdem.

Ada pula Wali Kota Pagaralam Alfian Maskoni yang meninggalkan PKB untuk bergabung dengan Partai Nasdem. Terbaru, Muhammad Yaser, menantu Herman Deru yang sebelumnya merupakan kader Partai Amanat Nasional dikabarkan juga berpindah ke partai Nasdem.

Konstelasi politik di Sumsel yang meningkat juga berimbas ke Palembang, ibu kota Provinsi. Wakil Wali Kota Fitrianti Agustinda beberapa waktu lalu diberikan amanat untuk menjadi Ketua Nasdem Palembang. Belakangan diketahui suaminya Dedi Sipriyanto yang merupakan kader PDI Perjuangan, juga ikut mendaftar sebagai Caleg Nasdem untuk pemilu 2024.

Salah satu yang cukup mengejutkan adalah kabar mengenai Wali Kota Lubuklinggau, SN Prana Putra Sohe yang kini bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Alih-alih bertahan sebagai kader Partai Golkar, Nanan -sapaan akrabnya dikabarkan mencoba peruntungan untuk maju sebagai Caleg DPR RI lewat perahu baru. 

Wajib Patuh dengan Mekanisme Partai

Sejumlah pengurus partai telah menanggapi hal ini, seperti misalnya Sekretaris Partai Nasdem Sumsel, Syamsul Bahri. Berkaitan dengan kepindahan sejumlah tokoh, termasuk yang terbaru yaitu suami Wakil Wali Kota Fitrianti Agustinda, dia menyambut baik. 

“Nasdem terbuka untuk siapa saja. Siapapun yang masuk ke Nasdem tidak masalah, silahkan saja,” ujarnya. Hanya saja memang di beberapa partai termasuk misalnya PDI Perjuangan, melarang pasangan suami istri berbeda partai.

Hal ini terlihat dalam kasus Wakil Wali Kota Palembang tersebut. “Jadi begini, memang tidak diperbolehkan (dalam keluarga) berbeda partai konsekuensinya adalah dia harus pilih," kata Wakil Ketua DPD PDIP Sumsel bidang Ideologi dan Kaderisasi Susanto Adjis. 

Hal inipun berlaku umum, tidak hanya di Sumsel, tetapi juga di daerah lain. Sebab, menurut Susanto ada prinsip partai yang harus dipatuhi oleh kader. 

Di lain pihak, nada keras justru dilontarkan oleh DPW PAN Sumsel saat mengetahui menantu Gubernur Herman Deru, Mohammad Yaser akan maju sebagai Caleg DPR RI dari Partai Nasdem.

Apalagi, menurut Wakil Ketua DPW PAN Sumsel, Abdul Aziz, menantu Gubernur itu disebut baru akan mundur setelah Daftar Calon Tetap (DCT) dikeluarkan oleh KPU.

"Kami berharap Yaser itu punya etika, punya sopan santun politik. Jangan selemaknyo dewek. Dia harusnya menjunjung tinggi etika politik dan menghargai mertuanya yang ketua Nasdem," kata Aziz.