Fasilitasi Ekspor Pempek, PT Pelindo II Palembang Siapkan Ini

ilustrasi (ist/rmolsumsel.id)
ilustrasi (ist/rmolsumsel.id)

PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II Palembang meningkatkan sejumlah fasilitas pendukung pelabuhan. Hal ini sebagai bentuk dukungan untuk memperlancar kegiatan perdagangan luar negeri Sumsel.


Salah satu yang disediakan yakni fasilitas kontainer pendingin. Kontainer tersebut disediakan khusus untuk mengangkut produk makanan. Seperti pempek, ikan maupun produk lainnya.  

“Kami menyiapkan kontainer dengan pendingin, hal ini untuk membantu para eksportir yang harus menggunakan pendingin untuk produknya, seperti ikan, bahan pangan, bahkan kalau mau ekspor pempek bisa kita lakukan,” ujar General Manager (GM) Pelindo II Palembang, Silo Santoso saat Focus Group Discusion (FGD) dengan tema Penanganan Permasalahan Perdagangan Luar Negeri di Daerah, di Gedung Atyasa, Selasa (5/10).

Silo mengatakan, produk makanan asal Sumsel memiliki potensi untuk ekspor. Terutama pempek. Sebab, sudah banyak dikenal oleh masyarakat luar negeri. “Potensi ini harus didukung dengan pemasaran dengan kemasan yang menarik. Kami dari sisi operator pelabuhan sudah menyiapkan fasilitas pendukungnya,” katanya.

Dijelaskan Silo, saat ini pihaknya menyiapkan 32 unit reefer flug. Reefer flug adalah fasilitas yang digunakan untuk mensuplin aliran listrik ke petikemas yang memiliki fasilitas pendingin. “Petikemas reefer yang memiliki para Main Liner Operator (MLO),” bebernya

Pria kelahiran Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) ini menjelaskan pihkanya juga telah menyiapkan pelayanan dan fasilitas yang baru dari Pelabuhan Boom Baru. Salah satunya proses bongkar muat kapal yang kurang dari 20 jam.

“Dengan begini kami harap tidak ada lagi hambatan bagi para eksportir dalam mengirim barang,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Sumsel, Ahmad Rizali menuturkan, perdagangan luar negeri yang dilakukan dari Sumsel banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pelabuhan untuk pengiriman barang.

Rizali menjelaskan permasalahan yang terjadi di pelabuhan meliputi kurangnya kapal pengiriman, kurangnya kontainer, dan waktu muat barang yang lama. Lalu masalah kedua yang ditemukan adalah buyer dari barang itu sendiri.

“Terkadang kapal sudah ada, kontainer ada, barang siap, tapi buyernya yang tidak ada,” pungkasnya.