Dua Kayu Pondasi Diduga Milik Keraton Kuto Beringin Janggut  Ditemukan Warga Palembang

Kayu pondasi yang diduga pondasi Kraton Kuto Beringin Janggut  ditemukan warga di saat  penggalian IPAL depan Apotik Musi di Jalan Kebumen pasar 16 Ilir beberapa hari lalu.(Ist/rmolsumsel.id)
Kayu pondasi yang diduga pondasi Kraton Kuto Beringin Janggut ditemukan warga di saat penggalian IPAL depan Apotik Musi di Jalan Kebumen pasar 16 Ilir beberapa hari lalu.(Ist/rmolsumsel.id)

Dua kayu pondasi yang diduga pondasi Keraton Kuto Beringin Janggut  ditemukan warga di saat  penggalian IPAL depan Apotik Musi di Jalan Kebumen pasar 16 Ilir beberapa hari lalu.


Kini kayu tersebut telah diamankan di kantor Dinas Kebudayaan kota Palembang.

Sebelumnya, Keraton Beringin Janggut (kini lokasinya sudah menjadi lokasi pasar 16 ilir dan sekitarnya). Kraton ini di tempati pada masa Kesultanan Palembang Darussalam awal mulai Sultan Abdurrahman dan Sultan Muhammad Mansur. Kraton ini sudah tidak dapat kita saksikan lagi keberadaannya.

Beringin Janggut yang masa itu merupakan ‘pulau’ yang aman dari musuh. Karena dibatasi oleh Sungai Musi, Sungai Tengkuruk, Sungai Rendang dan Sungai Penedan. Rentang waktunya  Kraton ini sangat lama, sekitar abad ke-17.

Lalu, bekas Keraton Beringin Janggut ini kemudian jadi perkampungan, tapi bukan untuk masyarakat umum. Melainkan keluarga bangsawan yang tinggal di kawasan bekas keraton ini.

Kawasan ini juga kemudian jadi Ungkonan (tempat pemakaman keluarga) sebelum digusur menjadi pertokoan seperti sekarang ini.

“Kayunya seperti kayu cerucuk atau kayu nibung , kita belum tahu karena belum diperiksa, panjangnya diperkirakan -+ 1 Meter dan Lebar 30 cm, ada satu kayu yang kita ambil dan kayu satunya belum kita ambil,” kata Kasi Pelestarian Cagar Budaya Dinas Kebudayaan kota Palembang, Ghazali, SH  usai mengambil kayu tersebut, Jumat (7/7).

Sedangkan  Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI, Provinsi Sumatera Selatan, Kristanto Januardi, S.S membenarkan penemuan dua kayu pondasi tersebut.

“Kalau masalah dia berasal dari  Keraton Kuto Beringin Janggut ,  kami masih sulit karena letak Keraton itu kami belum bisa memperkirakan ada dimana , apalagi kayu menjadi bagian dari bangunan Keraton ,” katanya.

Menurut Kristanto, bangunan zaman dulu menggunakan tiang ,” Iya itu tiang bangunan rumah , tapi memang pada masa lalu seperti  itulah tiang-tiang bangunan rumah,” katanya.

Kristanto mengaku belum melihat langsung kayu tersebut tapi dirinya sudah mendapatkan informasi dari pihak Dinas Kebudayaan Palembang .

“ Kayu itu diambil dari lokasi dan ditempatkan di Dinas Kebudayaan kota Palembang,” katanya.

Dia mengaku pihaknya Senin depan akan mendatangi Dinas Kebudayaan kota Palembang untuk mengecek kayu pondasi itu.

“Tapi kita mengalami kesulitan , ini tiang rumah apa, kalau orang ada DNA ya , kalau tiang khan tidak ada DNA , tapi memang rumah rumah masa lalu seperti itulah pasti dia punya tiang kayu ,” katanya.

Menurutnya, perlu ada temuan penyertanya lagi untuk menyatakan kayu pondasi itu berasal dari bangunan  yang istimewa tersebut.

“ Kalau di di Jawa itu harus ada umpaknya , yang membedakan umpak rumah biasa dengan rumah bangsawan umpaknya biasanya berhias, terlihat mewah itu yang menandakan rumah biasa atau rumah yang istimewa, banyak proses yang harus diteliti, terus dikaji untuk menyatakan dibalik semua itu bercerita tentang apa, banyak hal yang perlu dikaji,” katanya.

Peneliti Brin Sumsel  Dr. Wahyu Rizky Andhifani  menambahkan perlu dilakukan analisis dating dan tidak bisa selesai dalam sehari dan dua hari terhadap penemuan kayu pondasi tersebut.

“Kita belum tahu, karena posisinya tidak tahu lagi, apakah bekas  rumah orang , ditemukan di kedalaman berapa kita tidak tahu, kalau kedalamannya bisa ketahuan bekas apo, perlu penelitian lagi  ,” katanya.