DPRD Sumsel Siap Pasang Badan, Dampingi Mahasiswa UIN Palembang Korban Kekerasan Saat Ikuti Diksar

Ketua Komisi V DPRD Sumatera Selatan Mgs Syaiful Padli. (Ist/Net)
Ketua Komisi V DPRD Sumatera Selatan Mgs Syaiful Padli. (Ist/Net)

Kasus kekerasan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Palembang yang dialami oleh ALP ketika mengikuti pendidikan dasar (Diksar) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Litbang kini menjadi sorotan DPRD Sumatera Selatan.


Bahkan,Ketua Komisi V DPRD Sumatera Selatan Mgs Syaiful Padli mengaku siap pasang badan untuk mendampingi korban agar kasus tersebut dapat segera diusut tuntas.

"Kalau memang pihak warga ingin melaporkan dan ingin kami pihak DPRD menjadi pendampingan, kami siap melakukan pendampingan terhadap keluarga korban sehingga kasus ini diusut dituntaskan proses hukumnya. Dan kedepannya kita berharap hal ini tidak terulang lagi," kata Syaiful , Senin (3/10).

Syaiful pun menyesalkan tindakan kekerasan di kampus masih terus terjadi. Bahkan kejadian itu telah berulang dimana seorang senior selalu memberikan perundungan kepada mahasiswa baru ataupun juniornya sendiri.

"Apalagi ada fenomena senioritas yang ada di dalam kampus ini tidak seharusnya terjadi dalam dunia pendidikan kita. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Tidak dibenarkan melakukan proses kekerasan di dalam kampus. Apalagi disinyalir dilakukan pengeroyokan terhadap mahasiswa yang menjadi korban," kata Syaiful Padli yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPRD Sumsel ini.

Dengan kejadian ini, Syaiful berharap ada perubahan sistem pendidikan di kampus untuk lebih mengontrol kegiatan mahasiswa.

Sebab, hampir rata-rata tindak kekerasan yang dialami para mahasiswa berlangsung di luar kampus ketika mereka sedang mengikuti kegiatan UKM.

"Ini seringkali terjadi banyak korban. Bahkan ada yang meninggal karena kekerasan ini. Maka pihak kampus harus menegakkan aturan yang tegas ketika melakukan kegiatan di luar kampus ini paling tidak ada SOP dari pihak kampus sehingga tidak terjadi kekerasan yang seperti ini," ujarnya.

Selain itu, ia pun meminta pihak kampus untuk mengambil tindakan tegas terkait kejadian ini. Sehingga dapat membuat efek jera kepada pelaku lain, agar hal serupa tak lagi terulang.

"Lalu kami minta ini diusut oleh pihak berwajib, jangan sampai ini menjadi preseden buruk bagi dunia kampus kita. Dan ini akan menjadi pembelajaran ke depannya. Ketika mahasiswa mengadakan kegiatan, mereka akan mengedepankan gara-gara elegan. Disiplin boleh tapi tidak dengan kekerasan. Saya kira ke depannya ini perlu menjadi perhatian semua pihak," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya,seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang inisial ALP diduga menjadi korban kekerasan saat sedang mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar).

Informasi dihimpun, korban ALP mengikuti diksar Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang dilakukan di Bumi Perkemahan Gandus Palembang pada beberapa hari lalu.

Saat mengikuti kegiatan tersebut, korban yang tercatat sebagai mahasiswa baru Fakultas Adab ini mengalami kekerasan yang diduga dilakukan oleh seniornya.

Kabar penganiayaan ALP pun viral di media sosial hingga akhirnya menjadi sorotan.

Ketua Tim Investigasi UIN RF Palembang Kun Budianto saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut.

Ia menjelaskan, pihak kampus kini sedang mencari secara lengkap kronologi kejadian yang menimpa ALP.