Diserang Hama dan Pupuk Langka, Petani OKU Timur Terancam Gagal Panen

Purwadi (49), salah satu petani di Desa Pahang Asri, Kecamatan Buay Pemuka Peliung, OKU Timur, Sumatera Selatan menujukkan lokasi sawahnya yang diserang hama keong dan tikus hingga terancam gagal panen. (Amizon/RmolSumsel.id)
Purwadi (49), salah satu petani di Desa Pahang Asri, Kecamatan Buay Pemuka Peliung, OKU Timur, Sumatera Selatan menujukkan lokasi sawahnya yang diserang hama keong dan tikus hingga terancam gagal panen. (Amizon/RmolSumsel.id)

Ratusan hektar sawah milik petani di wilayah Kecamatan Buay Pemuka Peliung, Kabupaten OKU Timur, rusak akibat diserang hama keong dan tikus.


Bahkan, sejumlah petani ada yang sudah dua kali melakukan tanam padi, lantaran tanaman pertama habis diserang hama tikus dan keong.

Meski telah berupaya membasmi hama-hama tersebut, namun petani di wilayah itu masih kewalahan dan membutuhkan bantuan dari Pemerintah OKU Timur melalui dinas terkait agar tidak sampai terjadi gagal panen.

Seperti yang diungkapkan, Purwadi (49), salah satu petani di Desa Pahang Asri, Kecamatan Buay Pemuka Peliung, OKU Timur. Saat ini sebagian besar petani di desanya mulai melakukan penanaman padi,  namun dihadapkan dengan permasalahan hama keong dan tikus

“Di wilayah kita ini saja ada sekitar ratusan hektar sawah yang diserang hama keong dan tikus. Bahkan ada yang sudah dua kali tanam karena tanam pertama habis diserang hama, sehingga dilakukan tanam kembali,"ungkap Purwadi, Selasa (13/12).

Dirinya sangat berharap pihak dinas terkait dapat turun langsung membantu petani membasmi atau setidaknya memberikan edukasi tentang cara menanggulangi serangan hama keong dan tikus.

“Kita sudah menggunakan obat untuk membasmi hama keong, tapi tidak habis juga. Keongnya muncul terus karena dibawa arus air,” keluhnya.

Sementara, Margono (51), petani di desa yang sama mengungkapkan, selain dihantui serangan hama keong dan tikus, dirinya juga mengeluhkan tentang kelangkaan pupuk yang sejak dulu selalu menjadi permasalahan petani di Kabupaten Lumbung Pangan (OKU Timur).

“Banyak permasalahan yang kami hadapi mas, mulai dari serangan hama sampai masalah kelangkaan pupuk.  Kelangkaan pupuk ini seperti candu, selalu terjadi ketika petani memasuki musim tanam, ini sudah terjadi dari sejak dulu dan sampai sekarang belum ada solusinya,” keluhnya.

Untuk itu, dia berharap pemerintah dapat memberikan solusi atau kebijakan yang berpihak kepada petani, agar saat musim tanam pupuk tidak lagi mengalami kelangkaan.

"Kita itu sebagai petani kadang bingung mas, pemerintah katanya mendukung produktivitas petani meningkat tapi kenyataannya pupuk langka, kalau pun ada harganya mahal," ucapnya.

Menurutnya, bahkan saat ini ada beberapa toko yang menjual pupuk secara paket yakni urea dan pertipos, sehingga petani terpaksa harus mengeluarkan biaya tambahan.

“Jadi kita diwajibkan membeli pupuk secara paket, tidak boleh hanya pupuk urea. Jadi secara otomatis pengeluaran juga bertambah.

Dulu kita hanya beli urea Rp 90.000, sekarang harus beli satu paket urea dan pertipos Rp 390.000. Jadi pengeluaran kita juga bertambah. Belum biaya obat hama, pupuk dan operasional lainnya. Semakin sulit mas jadi petani," tandasnya.