Diduga Terlibat Jaringan Teroris, Pimpinan Ponpes di OKI Ditangkap Densus 88

Ponpes Nurul Quran di Kabupaten OKI. (Hari Wijaya/RMOLSumsel.id)
Ponpes Nurul Quran di Kabupaten OKI. (Hari Wijaya/RMOLSumsel.id)

Salah seorang pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Quran di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan ditangkap Satuan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror lantaran diduga terlibat dalam jaringan teroris.


Pengurus Ponpes Nurul Quran, Sulistyo membenarkan kejadian tersebut. Dia mengatakan, pimpinan ponpes tersebut bernama  ustadz Ibnu Wazid (36). Ia dibawa pihak kepolisian pada Minggu (15/10) malam sekitar pukul 20.30 WIB.

"Saya juga baru tahu kabar itu dari pihak kepolisian Polres OKI yang datang ke sini," kata Sulistyo, Senin (16/10).

Sulistyo menceritakan, Ibnu Wazid dibawa pihak kepolisian usai memberikan tausiah rutin di setiap minggu malam di salah satu masjid di dekat ponpes Nurul Quran. Menurutnya, kemungkinan pimpinan ponpes diamankan ketika hendak pulang ke rumahnya yang ada di lingkungan ponpes Nurul Quran.

"Soalnya saya pulang ke ponpes pukul 21.00 WIB ada mobil parkir, saya mengira ada pasien pengobatan ruqyah, karena beliau juga membuka pengobatan di sini. Saya tidak tahu kalau itu polisi," ucapnya.

Melihat ada banyak pihak kepolisian di depan ponpes, Sulistyo mendekati dan menanyakan maksud kedatangan mereka.

"Saat itu mereka (polisi Polres OKI) hanya bilang pimpinan ponpes dibawa, mereka hanya mengawal saja," katanya.

Sulistyo juga menanyakan alasan Pimpinan Ponpes Nurul Quran dibawa pihak kepolisian, namun pihak kepolisian Polres OKI menjawab tidak mengetahui pasti alasannya karena pihak kepolisian Polres OKI hanya mengawal saja.

"Dari pondok ini hanya bapak Ibnu Wazid yang dibawa polisi, yang lain tidak ada," tuturnya.

Saat ditanya soal adanya ajaran yang menyimpang dari syariat Islam yang diajarkan pimpinan ponpes, Sulistyo membantah keras adanya ajaran menyimpang di Ponpes Nurul Quran.

Sementara itu, dari tetangga sekitar menilai pimpinan ponpes tersebut terbilang tertutup. Pimpinan ponpes jarang mendatangi undangan yang diberikan warga sekitar.

"Orangnya tertutup, kalau ada undangan yang hadir hanya santri dan ustad lainnya saja," ujar Khoirul.