Dentuman Keras Di Jakarta Ternyata Bukan Dari Letusan GAK

Suara dentuman keras yang terdengar warga di wilayah Jabodetabek setelah adanya erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) ternyata bukan dampak dari letusan. Kepastian itu disampaikan langsung Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono.


Dijelaskan Rahmat, terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, maka sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Prov. Banten.

Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat. Berdasarkan data tersebut maka BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik pukul 22.59 WIB atau beberapa menit setelah erupsi GAK.

Seperti diinformasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM bahwa telah terjadi erupsi G. Anak Krakatau, Lampung, pada Jumat (10/04/2020) pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB.

Terkait dengan peristiwa erupsi GAK tersebut bahwa kondisi di Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan tidak ada anomali perubahan muka laut hingga Sabtu (11/4/2020) pukul 6.00 WIB.

Demikian juga di wilayah Kahai, Lampung dan Tanjung Lesung, Banten menunjukkan tidak ada anomali muka laut.

Sehingga berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu terjadinya tsunami.

Hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG tepat pada saat terjadinya erupsi yaitu pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.

Sehingga erupsi GAK kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.

Ada satu hal menarik terkait hasil monitoring seismik oleh BMKG dimana pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG baik eksisting dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 lalu mencatat adanya event gempa di Selat Sunda dengan sangat baik.

Kegempaan itu terjadi di wilayah Cigeulis, Banten, Wonosalam Banten), Pematang Sawah, Limau, Kota Agung Lampung. Kemudian Ciracap Jawa Barat, dan Kotabumi Lampung.

Gempa tektonik itu terjadi di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 episenter terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 kilometer arah Selatan Barat Daya GAK pada kedalaman 13 km.