Bank Indonesia mencatat, besaran utang luar negeri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) per Maret mencapai 59,65 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp 851,160 triliun (kurs Rp 14.400 per dolar).
- Pilkada Empat Lawang Batal Lawan Kotak Kosong, HBA-Henny Bakal Mendaftar ke KPU
- Eddy Soeparno: Harus Ada Hukuman Berat pada Pertambangan Tidak Taat Aturan
- Muslim Arbi : Selama Ini Ganjar Lebih Banyak Bergantung ke Jokowi
Baca Juga
Ketua Komisi VI DPR, Faisol Riza mengatakan, utang yang dimiliki BUMN berpotensi macet. "Utang yang jumlahnya Rp 800 triliun lebih itu utang-utang yang berpotensi untuk macet," ujar Faisol saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (9/6).
Menurutnya, utang tersebut merupakan hal yang lazim dalam dunia bisnis. Apalagi perusahaan BUMN. Ia memandang, utang yang ada masih bisa memungkinkan untuk dibayar secara sehat karena berada pada sektor karya.
"Utang BUMN tidak akan menjadi masalah apabila kondisi keuangan perusahaan baik," ujar Politisi PKB ini.
Lebih lanjut, Faisol menyebutkan dua perusahaan plat merah yang dinilainya akan bangkit saat kondisi pandemi membaik. Di antaranya Garuda Indonesia dan PT. Waskita Karya.
"Pemerintah sedang menyiapkan upaya-upaya yang bisa membantu paling tidak meringankan arus keuangan mereka. Misalnya, Waskita Karya yang sekarang dimasukkan dalam skema program SWF (Sovereign Wealth Fund) misalnya," ungkap Faisol.
"Itu sudah sangat membantu. Memang belum tuntas, tapi sudah sangat membantu. Jadi wajar saja menurut saya perusahaan-perusahaan yang miliki utang. Tapi sebetulnya kalau keuangannya sehat kan enggak masalah," tutupnya.
- Empat Eks Pejabat BUMN Divonis Berbeda dalam Kasus Korupsi Proyek LRT Palembang
- Segera Pecat Menhub Dudy Buntut Macet Parah di Tanjung Priok
- Wali Kota Palembang Ratu Dewa Prioritaskan Penanganan Kemacetan dan Sampah Usai Retreat