Berkah Sungai Endikat, PLTM Green Lahat Hasilkan Listrik Tanpa Byarpet Bagi Warga Dua Wilayah

Arus Sungai Endikat yang berada di Kabupaten Lahat, Sumsel dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Green Lahat dan Endikat. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)
Arus Sungai Endikat yang berada di Kabupaten Lahat, Sumsel dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Green Lahat dan Endikat. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)

Penobatan Kota Pagar Alam sebagai Kota Energi Hijau di Indonesia oleh Presiden Presiden Joko Widodo, Januari 2022 silam sepertinya bukan isapan jempol semata. 


Pasokan listrik di kota Seribu Megalit ternyata disokong penuh oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Green Lahat yang berada di Desa Singapure, Kota Agung, Lahat. 

Beroperasi sejak 2015, PLTM Green Lahat yang tergabung dalam konsorsium Independent Power Producer (IPP) dengan induk perusahaan PT Manggala Gita Karya memiliki kapasitas 3x3,3 Megawatt (MW). 

Lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik Kota Pagar Alam yang hanya mencapai 7 Megawatt. Pembangkit tersebut memanfaatkan arus Sungai Endikat untuk menggerakkan tiga turbin. 

Tiga turbin PLTM Green Lahat yang masing-masing menghasilkan kekuatan 3,3 Megawatt. (eko prasetyo/rmolsumsel.id) 

Tak hanya itu, keberadaan PLTM Green Lahat juga membuat pasokan listrik di wilayah terdekatnya menjadi lebih stabil alias tanpa byarpet. Setidaknya hal itulah yang dialami Hamzah (62), warga Desa Bandar, Kecamatan Lubuk, Kabupaten Lahat. 

Desa tempat tinggal Hamzah hanya hitungan kilometer dari lokasi PLTM. Dulunya, cerita Hamzah, listrik di rumahnya kerap padam. Bahkan, jangka waktunya bisa seharian. Lokasi desa yang jauh dari gardu induk membuat tegangan listrik tidak stabil. 

"Ya, sejak ada PLTM itu, listrik kami jarang lagi mati lama. Kalaupun padam, tidak sampai hitungan jam sudah hidup lagi," kata Hamzah. 

Berkat itu, Hamzah dapat membuka warung manisan dan menjual minuman dingin untuk menambah pendapatan keluarga. Disamping kerja sebagai kuli bangunan yang digelutinya. 

"Kalau dulu susah mau punya kulkas. Sekarang sudah enak karena listriknya sudah stabil," bebernya. 

PLTM Green Lahat yang berlokasi di Desa Singapure, Kota Agung, Lahat. (eko prasetyo/rmolsumsel.id)

Pasokan listrik PLTM Green Lahat sebagian besar mengalir ke rumah warga desa di sekitar lokasi. Selain Desa Singapure dan Desa Bandar, desa lainnya yang juga dialiri listrik dari PLTM yakni Bangke, Tebat Langsat, Gunung Liwat, Kebun  Jati, Tanjung Raman dan beberapa desa lainnya yang selama ini kesulitan mendapat pasokan listrik. 

"Kami memperbaiki drop tegangan yang sering dialami warga di wilayah sekitar," kata Kastiono, Plant Manager PLTM Green Lahat. 

Kastiono mengatakan, listrik yang dihasilkan PLTM sepenuhnya dijual dan didistribusikan ke PLN. Dari PLN, pembagiannya untuk memenuhi listrik di Kota Pagar Alam sebesar 70 persen dan sisanya 30 persen ke Kabupaten Lahat. 

Pengembangan terus dilakukan pihaknya. Saat ini, sudah ada satu unit PLTM lagi yang telah dioperasikan sejak 2022, yakni PLTM Endikat dengan kapasitas 3x2,67 MW. Listrik yang dihasilkan 100 persen didistribusikan ke Kabupaten Lahat. 

Tak hanya berkontribusi terhadap ketersediaan energi, PLTM juga telah membuka peluang kerja bagi penduduk sekitar. Dari total karyawan sebanyak 51 orang, mayoritas merupakan penduduk sekitar. Perusahaan juga berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Pajak Air Permukaan (PAP). 

Kondisi cuaca sangat mempengaruhi produksi listrik PLTM Green Lahat dan Endikat. Saat kemarau, air Sungai Endikat berubah menjadi lebih keruh. Hal ini membuat pengelolaan air yang akan masuk ke turbin harus dilakukan lebih ekstra. 

"Jadi untuk air yang masuk ke turbin harus dipastikan pH-nya 7,02. Agar tidak merusak alat yang ada," katanya. 

Selain itu, volume air saat kemarau juga lebih sedikit. Sehingga, pihaknya terpaksa hanya menggerakkan dua turbin saja. Sementara ketika hujan, material seperti batu, pasir hingga kayu dan lainnya lebih banyak. 

Kondisi itu menyebabkan kolam sedimentasi menjadi penuh. Materialnya juga harus sering diangkut. "Belum lagi ancaman banjir. Sehingga terkadang ketika banjir, kami terpaksa menghentikan produksi," ucapnya. 

Menjaga ketersediaan air menjadi tugas utama PLTM. Untuk itulah, pihaknya kerap melakukan penghijauan di kawasan sekitar hutan. Selain itu, pihaknya juga kerap menjaga kawasan dari pembalakan yang dilakukan oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebab, akibatnya bisa berdampak buruk bagi keberlangsungan PLTM. 

Potensi energi hidro di Sumsel sebenarnya cukup tinggi. Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, potensi listrik yang dihasilkan energi air di wilayah tersebut mencapai 448 MW. 

Namun, saat ini yang terpasang baru 21,96 MW. Rinciannya, dua PLTM yang tergabung dalam Independent Power Producer (IPP) telah memasang 21,1 MW. Kemudian Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro (PLTMH) (Excess Power) 0,22 MW dan PLTM tersebar di seluruh Sumsel mencapai 0,64 MW.

Kasi Energi Dinas ESDM Sumsel, Ira Rihartini menyebut, PLTM Green Lahat merupakan yang pertama di Sumsel. Tidak hanya mendukung energi listrik hijau yang mampu menyerap tenaga kerja namun juga memberdayakan lahan tidur sebagai Objek Vital Nasional. 

Menurutnya Sumsel memiliki banyak potensi muara sungai yang dapat dijadikan energi listrik. Seperti di Kabupaten OKU, Muara Enim dan Lahat. "Harapannya, potensi ini bisa ditangkap perusahaan lain untuk berinvestasi di Energi Baru dan Terbarukan (EBT)," bebernya. 

Koordinator Sub-nasional, Program Akses Energi Berkelanjutan, Institute for Essential Services Reform (IESR), Rizqi M Prasetyo mengatakan, kondisi geografi dan topografi sebagian wilayah Indonesia yang berkontur memungkinkan adanya aliran sungai dan terjunan sungai. 

Aliran sungai memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, salah satunya di PLTM Green Lahat yang memanfaatkan aliran sungai Endikat. 

Menurut kajian IESR, Indonesia memiliki potensi PLTM/MH mencapai 27,8 GW, di mana sebesar 287,7 MW terdapat di Sumatera Selatan. 

"Selain dapat meningkatkan bauran energi terbarukan pada listrik PLN, PLTM dapat meningkatkan kualitas akses energi masyarakat yang mungkin belum terjangkau oleh jaringan PLN," bebernya. 

Untuk menggalakkan penggunaan energi terbarukan yang lebih luas dan mempromosikannya di tingkat daerah, Institute for Essential Services Reform (IESR) melalui Akademi Transisi Energi bekerja sama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel menggelar Jelajah Energi Sumatera Selatan. 

Tim yang terdiri dari Aktivis, Birokrat, Mahasiswa dan jurnalis ini berkeliling Sumsel untuk melihat langsung potensi EBT yang ada di Bumi Sriwijaya selama lima hari perjalanan.