Ekspor Nikel Indonesia Capai 123,17 Ribu Ton, Nilainya Tembus 496,96 Juta Dolar 

Ilustrasi Pabrik Nikel. (ist/rmolsumsel.id)
Ilustrasi Pabrik Nikel. (ist/rmolsumsel.id)

Volume dan nilai ekspor nikel Indonesia serta barang daripadanya (HS 75) pada bulan Januari 2024 mencapai puncaknya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatt volume ekspor mencapai 123,17 ribu ton dengan nilai sebesar 496,96 juta dolar AS (setara dengan sekitar Rp7,7 triliun). 


Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, ekspor nikel menyumbang sebesar 2,60 persen dari total nilai ekspor nonmigas pada Januari 2024.

"Share nilai ekspor nikel terhadap nilai total ekspor nonmigas Januari 2024 sebesar 2,60 persen," kata Amalia, Kamis (15/2/2024). 

Selain itu, BPS juga merinci nilai ekspor nonmigas secara keseluruhan sebesar 19,13 miliar dolar AS. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat nilai ekspor sebesar 0,37 miliar dolar AS, sektor pertambangan 3,68 miliar dolar AS, dan industri sektor pengolahan sebesar 15,08 miliar dolar AS.

Namun, terdapat penurunan nilai ekspor nonmigas secara bulanan, terkecuali pada sektor pertanian yang mengalami kenaikan sebesar 5,32 persen. Penurunan terdalam terjadi pada sektor pertambangan yang turun sebesar 23,93 persen.

"Utamanya disebabkan oleh penurunan ekspor batu bara, bijih tembaga, dan bahan mineral lainnya, serta bijih seng," jelas Amalia.

Meskipun demikian, Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar 2,02 miliar dolar AS (setara dengan sekitar Rp31 triliun) pada bulan Januari 2024. Meski angka ini menunjukkan surplus, namun terjadi penurunan dibandingkan dengan surplus pada Desember 2023 yang mencapai 3,29 miliar dolar AS (setara dengan sekitar Rp51 triliun).

"Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 45 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," tambah Amalia.