BBM Subsidi Menipis, Antrian Solar dan Pertalite di Palembang Makin Panjang

Antrian panjang di SPBU yang terletak di Jalan Kolonel H Barlian Palembang/Foto: Yosep Indra Praja
Antrian panjang di SPBU yang terletak di Jalan Kolonel H Barlian Palembang/Foto: Yosep Indra Praja

Antrian BBM subsidi yang terjadi di sejumlah SPBU Palembang makin panjang, Senin (1/8). Dari pantauan puluhan kendaraan roda dua dan roda empat memadati SPBU demi mendapatkan BBM subsidi jenis Solar dan Pertalite. 


Bahkan ada beberapa SPBU yang kehabisan stok BBM subsidi karena belum mendapatkan pasokak. Diantaranya, SPBU yang terletak di Jalan RA Abusamah dan SPBU di Jala Noerdin Pandji Palembang. 

Pemandangan ini tampaknya sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Sejak pertamina menaikan harga BBM nonsubsidi dan pemberlakuan pembelian menggunakan aplikasi MyPertamina, masyarakat menjadi kesulitan untuk mendapatkan BBM subsidi. 

Selain itu, PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mencatatkan kenaikan konsumsi BBM Subsidi yakni Solar dan Pertalite pada semester pertama 2022. Dengan adanya kenaikan ini, kuota BBM Subsidi semakin menipis.

“Hingga Juni 2022, BBM Solar subsidi sudah tersalurkan 8,3 juta kilo liter (KL) sementara kuotanya sebanyak 14,9 juta KL,” kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting seperti dilansir Kontan.co.id, Minggu (31/7/2022).

Sementara untuk realisasi konsumsi Pertalite hingga Juni 2022 mencapai 14,2 juta KL. Adapun kuota BBM dengan nilai oktan 90 ini sebanyak 23 juta KL.

Jika dibandingkan dengan realisasi konsumsi BBM Subsidi di bulan Januari-Mei 2022, terjadi kenaikan konsumsi Solar Subsidi sebanyak 22,7 persen dan Pertalite naik sekitar 21,16 persen.

Dengan ini, kuota BBM Subsidi semakin menipis. Solar tersisa 6,6 juta KL dan Pertalite tinggal 8,8 juta KL. 

Salah satu pengguna kendaraan, Rizal mengatakan dirinya rela mengantri panjang demi mendapatkan BBM subsidi sebagai langka penghematan. Karena kebutuhan sehari-hari akan membengkak jika beralih ke BBM non subsidi. 

"Kalau saya sebenarnya untuk menghemat, karena dengan Rp30 ribu itu kebutuhan untuk motor bisa mencapai tiga sampai empat hari. Tapi kalau kita beralih ke Pertamax tidak cukup, palingan cuma sehari besoknya harus ngisi lagi," katanya. 

Dijelaskannya, kenaikan harga Pertamax yang mencapai Rp12. 850 perliternya, memberatkan dirinya yang kesehariannya berprofesi sebagai kurir antar paket. 

"Sementara ini tidak dak apa-apa kita ngantri panjang tapi asalkan stok BBM nya ada. Kalau kita beralih ke Pertamax makin berat kita karena kos bertambah lagi," pungkasnya.