Bawa Rp300 untuk Beli Hp, Juni Akhirnya Ditawari Sekolah Gratis

Di masa Pandemi Covid-19 ini, nasib para pelajar miskin memang membuat miris. Salah satunya derita yang dirasakan oleh, gadis cilik Juni murid Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah (MI) Daarul Aitam, Palembang. Alhamdulillah perjuangan Juni berakhir bahagia.


Kisahnya sempat viral karena dirinya ingin membeli Hp Android dengan membawa uang sejumlah Rp 300 ribu. Juni yang berusia 12 tahun tinggal bersama ibu dan beberapa saudara-saudaranya di rumah kontrakan yang beralamat di Jalan Naga Swidak, Plaju, Palembang.

Untuk membeli Hp Android, sehari-hari Juni berjualan tisu di beberapa simpang lampu merah dan terkadang memungut barang bekas.

"Iya, saya ingin membeli Hp untuk belajar, tapi uang yang saya bawa tidak cukup. Hampir seluruh konter di Internasional Plaza (IP) Mall saya tanya. Ada gak Hp harga Rp 300. ternyata tidak ada. Yang paling murah harganya Rp 500 ribu," ujar Juni saat Komunitas Sedekah Seribu Sehari (S3) berkunjung ke rumahnya, Selasa (6/10).

Diceritakannya, selama tidak memiliki Hp, untuk belajar daring ia meminjam Hp temannya dengan membelikan kuota seharga Rp 8000 untuk 1 GB.

"Susah mba belajar daring ini, saya harus mau beli paket dan pinjam Hp kawan terus. Meskipun dipinjamkan tapi kadang saya merasa tidak enak," ucap dia.

Uang yang didapat tersebut, ia kumpulkan selama 1 bulan. Biasanya Juni berjualan tisu dari jam 4 sore hingga jam 7 malam.

"Saya tidak mau putus sekolah dan tidak mau menyusahkan orang tua. Dan saya juga ingin tetap sekolah," tutur dia.

Beruntung Juni, Komunitas S3 memberikan Hp Android kepadanya untuk melancarkan belajar daring.

Dikatakan Ketua Komunitas S3 Palembang Yulisna Dewi, pihaknya punya program memberi Hp untuk anak yang belajar daring. Dengan catatan anak yang kurang mampu.

"Awalnya saya diinfokan oleh teman. Kalau ada anak yang ingin membeli Hp namun karena uangnya kurang jadi tidak membeli. Kebetulan kita ada program memberi Hp untuk anak belajar daring. Ya, Alhamdulillah hari ini kita beri Juni Hp," terang Dewi.

Tak hanya memberikan Hp, Dewi pun memberikan uang kepada Ibu Juni untuk keperluan sehari-hari, dan juga ia menawarkan agar Juni selesai dari MI untuk melanjutkan sekolah di pesantren (mondok).

"Juni, mau gak selesai dari MI mondok saja. Sekolahnya tidak bayar, memang benar-benar untuk anak yang kurang mampu. Jadi tidak perlu mikir biaya apapun," tambahnya.

Dewi bersama temannya telah 4 tahun lamanya memberikan bantuan kepada orang yang tidak mampu. Selama proses belajar daring, setidaknya sekitar 20 Hp yang ia kasih kepada anak yang tidak mampu.

"Kita itu ada donasi Hp rusak, jadi gini bila ada Hp yang tidak terpakai lagi bisa di donasikan kepada kita, nanti Hp itu kita benerin. Dan Alhamdulillah ada orang yang mau benerin Hp rusak tanpa harus di bayar. Program bagi Hp ini sejak pandemi ini," jelasnya.

Ia berharap, dengan program yang ia naungi bersama temannya, bisa memberikan semangat serta meringankan beban orang lain.

"Jadi saat kita memberi santunan kita adakan survei dulu. Selain itu kita ada program mandiri duafa, kita modalin untuk usaha. Jadi gak dikasih duit melulu. Semoga ini jadi amal jariah bagi kita semua, Amin," tutupnya.[ida]