Sayang sekali. Chief Executive Officer (CEO) TikTok Kevin Mayer merasa mendapatkan berbagai tekanan, terutama dari Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Akibatnya ia memutuskan mengundurkan diri saat TikTok berada di puncak suksesnya.
- 50 Orang Lolos Seleksi Tertulis Anggota Komnas HAM, Ini Daftar Lengkapnya
- Besok Hasto Berpotensi Langsung Ditahan? Ini Kata KPK
- LSI Denny JA: Prabowo-Gibran Ungguli Ganjar-Mahfud dan Anies-Imin
Baca Juga
Lewat sepucuk surat kepada karyawannya pada Kamis (27/8/2020), Mayer mengungkap pilihannya untuk mengundurkan diri karena situasi politik.
"Dalam beberapa pekan terakhir, kondisi politik berubah drastis, saya telah melakukan perenungan mengenai perubahan struktural korporat yang diperlukan," ujar Mayer.
"Dengan latar belakang ini, dengan berat hati saya ingin Anda tahu bahwa saya telah memutuskan untuk meninggalkan perusahaan," sambungnya.
Jabatannya yang baru ia isi selama dua bulan tersebut untuk sementara akan diganti oleh General Manager Vanessa Pappas. CBS News melaporkan, pengunduran diri Mayer seiring dengan perintah eksekutif Trump untuk melarang penggunaan TikTok, kecuali jika perusahaan induknya yang berada di China, ByteDance, menjual operasi aplikasi AS-nya ke perusahaan Amerika.
Dalam perintahnya, Trump juga memberikan tenggat waktu hingga 15 September 2020. Saat ini, ByteDance masih dalam tahap pembicaraan kemungkinan akuisisi dengan Microsoft. Namun keduanya enggan memberikan komentar.
Menanggapi keputusan pengunduran diri tersebut, TikTok memberikan apresiasi kepada Mayer.
"Kami menghargai dinamika politik dalam beberapa bulan terakhir telah secara signifikan mengubah lingkup peran Kevin ke depan, dan sepenuhnya menghormati keputusannya," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
TikTok merupakan aplikasi video pendek yang dirilis pada 2017 oleh ByteDance. TikTok merupakan gabungan dari Musical.ly yang dibeli ByteDance dengan Douyin.
Kepemilikan TikTok di China telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi penyensoran video dan risiko Beijing dapat mengakses data pengguna.
Alasan tersebut yang membuat Trump pada akhirnya melarang penggunaan aplikasi TikTok dan WeChat yang membuat China geram.[ida]
- 93 Pegawai Bakal Disidang Etik, KPK: Komitmen Jaga Marwah Kelembagaan
- Penghapusan Tenaga Honorer Batal, Guspardi Gaus Minta Menpan RB Komunikasi dengan Kementerian Lain
- PDIP dan Gerindra Berebut Kursi Ketua DPRD Banyuasin