Bantu Tunanetra, Ilmuwan Jerman Kembangkan Kacamata Infra Merah

Kacamata Inframerah untuk membantu para tunanetra. (The Independent/net).
Kacamata Inframerah untuk membantu para tunanetra. (The Independent/net).

Ilmuan dari Jerman tengah mengembangkan sebuah perangkat baru untuk membantu para tunanetra untuk menavigasi dan menghindari rintangan. Perangkat tersebut yakni kacamata dengan menggunakan inframerah.


Tidak seperti tongkat dan alat lain yang tersedia untuk navigasi orang dengan gangguan penglihatan. Perangkat baru ini memungkinkan penggunaan tangan mereka sepenuhnya. Bahkan menurut studi Peer-review, perangkat baru ini belum ditemukan pada perangkat lainnya.

“Alat yang paling umum tersedia bagi mereka adalah tongkat. Meskipun tongkat memungkinkan deteksi objek yang baik di sekitar pengguna, tongkat itu tidak memiliki kemampuan untuk mendeteksi rintangan lebih jauh,” tulis peneliti Manuel Zahn dan Armaghan Ahmad Khan dari Technical University of Munich di Jerman dalam penelitian tersebut dikutip dari The Independent, Senin (24/1)

Perangkat baru ini juga tidak mengganggu indera pendengaran penggunanya. Bahkan, menurut para ilmuwan ini menggunakan sepasang kamera inframerah yang dimasukkan ke dalam kacamata prototipe cetak 3D untuk menangkap gambar stereoskopik yang digunakan komputer kecil untuk membuat peta daerah sekitarnya.

Informasi jarak dari kamera dipetakan ke susunan getaran 2D pada lengan umpan balik haptic di lengan bawah yang mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pemakainya sebagai sensasi sentuhan.

Dalam studi tersebut dijelaskan selongsong memiliki 25 aktuator dalam kisi yang bergetar untuk membantu pengguna memahami seberapa dekat objek dan bagaimana orientasinya, membantu pemakainya dalam navigasi. Saat pengguna bergerak lebih dekat ke rintangan, getaran di lengan secara bertahap meningkat, memperingatkan mereka tentang rintangan di depan.

“Dengan demikian, lorong sempit akan menghasilkan getaran kuat di setiap sisi selongsong dan intensitas getaran ini berkurang saat bergerak ke tengah barisan,” jelas para ilmuwan.

Para peneliti mengatakan itu dapat membantu pemakainya menavigasi dalam kegelapan. Relawan dalam pengujian dapat secara akurat menavigasi akurasi hingga 98 persen menggunakan perangkat. "Semua pengguna dapat menyelesaikan tugas dan menunjukkan peningkatan kinerja selama beberapa kali berjalan," catat studi tersebut.

Para sukarelawan juga dapat menyelesaikan tugas navigasi dalam ruangan dalam kegelapan, dengan waktu penyelesaian mereka meningkat selama tiga kali. Meski demikian, mereka berharap perangkat baru tersebut dapat menerapkan pengenalan objek yang dapat membantu menghasilkan jalur terbatas untuk navigasi secara artifisial.

"Teknologi ini memungkinkan lebih banyak kemandirian bagi para tunanetra," tutupnya.