Aduuh ! Sekolah Tak Kunjung Dibuka, Dua Pelajar SMP Pilih Menikah

Lantaran sekolah tak kunjung dibuka akibat pandemi Covid-19, dua pelajar SMP di Lombok Tengah memilih untuk membina rumah tangga.


Suhaimi, kelas 2 SMP asal Desa Pengenjek, Kecamatan Pringgarata menikahi Nur Herawati, kelas 1 SMP, Sabtu (12/9).

"Atas dasar suka sama suka,” kata Suhaimi menjelaskan keputusannya menikah di usia muda, kepada Lombok Post di kediamannya di Dusun Montong Praje Timuq, Selasa (15/9).

Dia menjelaskan, akad nikah berlangsung Sabtu (12/9) usai salat Asar di musala rumahnya.

Pernikahan ini disaksikan puluhan kerabat dan tetangga. Kini keduanya, menjalani kehidupan suami istri dan tinggal di rumah orang tua Suhaimi.

Hanya saja mereka juga belum berpikir mau berbulan madu ke mana. Rahimin, ibu dari Suhaimi sempat merasa kaget mendengar rencana anaknya menikah.

Namun, pihaknya tidak bisa berbuat banyak setelah sang anak membawa calon istri.

Dia hanya merestui anaknya menikah di usia dini. "Apa boleh buat. Saya dalam posisi senang, terpaksa dan bercampur sedih,” keluhnya dalam bahasa Sasak. Sementara itu, Kepala Dusun (Kadus) Montong Praje Timuq Ehsan mengatakan, sejak awal pemerintah desa sudah sekuat tenaga menghentikan rencana pernikahan keduanya.

Namun, keduanya bersikeras. Jadi, daripada pemerintah desa yang disalahkan, maka pemerintah desa tidak mau ikut campur.

“Saat akad nikah, saya tidak mau hadir,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Loteng Lalu Muliardi Yunus menjelaskan, pengertian pernikahan tertuang dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.

Salah satunya, menyangkut umur. Bagi perempuan minimal 21 tahun dan laki-laki minimal umur 25 tahun.

 “Kalau di bawah itu, maka dinamakan pernikahan dini, tidak tercatat dalam buku akta nikah,” kata Muliardi.

Untuk itulah, pihaknya berharap kejadian di Desa Pengenjek, dijadikan pelajaran. Terutama bagi orang tua.