8 Mitos Seputar Penyakit Hipertensi yang Perlu Diketahui

ilustrasi (istimewa/rmolsumsel.id)
ilustrasi (istimewa/rmolsumsel.id)

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang diderita sebagian populasi di dunia. Hampir semua orang berisiko hipertensi. Bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Bahkan peningkatan tersebut diprediksi melonjak hingga 29 persen pada 2025.


Penyakit ini sering disebut sebagai silent killer (pembunuh diam-diam), karena tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Tapi penyakit ini mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Lalu, apa saja mitos dan fakta bagi orang yang mengalami hipertensi? Berikut ini tanya jawab mengenai mitos dan fakta hipertensi yang dirangkum dari laman Instagram dr RA Adaninggar, SpD seperti dilansir dari Farah.id

Mitos atau fakta, orang dengan hipertensi tidak boleh mengonsumsi daging merah?

Mitos. Orang dengan hipertensi masih boleh mengonsumsi daging merah asalkan jumlahnya tidak berlebihan.

Daging merah mengandung lemak jenuh yang berbahaya. Sementara kebutuhan lemak jenuh seseorang adalah 20-30 gram/hari.

Lemak jenuh dalam daging merah bisa meningkat jika diolah dengan cara digoreng atau disantan. Hati-hati juga mengonsumsi daging yang diolah dengan garam yang berlebih.

Mitos atau fakta, konsumsi kopi dapat menyebabkan hipertensi?

Mitos. Kandungan kafein dalam kopi memang dapat menyempitkan pembuluh darah sehingga meningkatkan tekanan darah. Tapi, itu sifatnya hanya sementara. Konsumsi kopi secara rutin justru akan menurunkan efek peningkatan tekanan darah.

Itulah alasan mengapa penderita hipertensi tetap diperbolehkan mengonsumsi kopi dengan jumlah sedang (200-300 mg kafein) asalkan tekanan darahnya sudah terkontrol. Bila dikonsumsi secara tidak berlebihan dan teratur, kandungan antioksidan pada kopi lebih besar menutup kemungkinan terjadi hipertensi dan penyakit jantung.

Mitos atau fakta, membatasi garam cukup untuk menurunkan hipertensi?

Mitos. Mengurangi garam memang dianjurkan untuk penderita hipertensi, namun itu saja tidak cukup. Sebab hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor.

Jadi selain mengurangi garam atur juga pola dan jenis asupan makan, penurunan berat badan, olahraga, hindari rokok dan alkohol, dan obati penyakit dasar.

Mitos atau fakta, hipertensi hanya terjadi pada orang dewasa hingga lansia?

Mitos. Hipertensi bisa dialami siapapun pada usia berapapun, dari anak-anak hingga lansia.

Risiko hipertensi memang akan meningkat sejalan dengan umur bersama dengan risiko penyakit degeneratif dan kekakuan pada pembuluh darah.

Mitos atau fakta, hipertensi pada lansia wajar dan tidak perlu diobati?

Mitos. Hipertensi pada lansia justru meningkatkan risiko stroke, jantung, gagal ginjal, bahkan kematian.

Sebab pada lansia komplikasi sangat mungkin terjadi. Kebanyakan lansia menyimpan penyakit bawaan (komorbid), adanya kekakuan pembuluh darah, gangguan hormon dan penuaan pada ginjal. Jadi pengobatan hipertensi pada lansia harus dilakukan secara agresif untuk menghindari risiko komplikasi.

Mitos atau fakta, hipertensi adalah penyakit turunan?

Mitos. Faktor risiko hipertensi ada yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. Yang tidak bisa diubah adalah bertambahnya usia.

Sedangkan faktor yang bisa diubah dan dikendalikan adalah pola hidup sehat. Jaga pola makan, batasi konsumsi garam, pertahankan BB ideal, olahraga teratur, tidak merokok, dan hindari alkohol.

Mitos atau fakta, orang dengan hipertensi harus minum obat sepanjang hidupnya?

Mitos. Pada prinsipnya, penderita hipertensi harus mempertahankan tekanan darah dalam rentang target yang dianjurkan, supaya tidak terjadi komplikasi.

Salah satu caranya adalah mengonsumsi obat-obatan. Tapi, bisa juga dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup dan mengobati penyakit penyebab.

Mitos atau fakta, obat hipertensi jangka panjang dapat merusak ginjal?

Mitos. Justru obat-obatan yang dikonsumsi penderita hipertensi mencegah munculnya komplikasi.

Gagal ginjal atau ginjal rusak terjadi akibat hipertensi yang tidak diobati. Hipertensi yang lama tak diobati menyebabkan pembuluh darah ginjal menyempit dan kaku, sehingga aliran darah ke ginjal terganggu dan akhirnya membuat ginjal rusak.