5 Rekomendasi Tempat Wisata Sejarah Selama Liburan di Palembang

Jembatan Ampera. (net)
Jembatan Ampera. (net)

Kota Palembang, Sumatera Selatan memiliki banyak tempat wisata bersejarah yang cukup banyak dikunjungi saat menikmati liburan lebaran.


Selain makanan khas pempek, lokasi tempat unik yang cocok dijadikan tempat nongkrong juga banyak loh. Penasaran? berikut ulasan lima rekomendasi tempat wisata liburan Palembang.

Benteng Kuto Besak view Jembatan Ampera

Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang. 

Bila berkunjung ke Palembang, kurang puas rasanya kalau tidak berfoto dengan background jembatan Ampera.

Dari pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), bangunan megah jembatan Ampera sangat indah terlihat. Di pelataran ini, kita bisa mengambil foto unik dengan latar Jembatan Ampera.

Bukan hanya itu, BKB juga merupakan tempat bersejarah loh. Karena terletak di bagian tenggara dari Sungai Musi. Bentuk benteng adalah persegi panjang. Ukurannya adalah 288,75 meter × 183,75 meter. Benteng Kuto Besak awalnya merupakan bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Muhammad Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803.

Museum SMB II Palembang

Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang

Selain BKB dan Ampera, pelancong juga bisa berkunjung ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II. Letaknya pun satu kompleks dengan BKB. Sehingga, bila ingin berkunjung cukup berjalan kaki dari BKB.

Lokasi museum ini awalnya adalah lokasi Kuta Lama, istana tua Sultan Mahmud Badaruddin I (1724–1758), penguasa Kesultanan Palembang. Setelah penghapusan Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama dihancurkan oleh pemerintah kolonial Inggris pada 7 Oktober 1823.Penghapusan Kesultanan adalah bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh pemerintah kolonial Inggris terhadap Kesultanan Palembang akibat pembantaian yang terjadi di penginapan Belanda Sungai Alur, meskipun ini mungkin telah menjadi gerakan politik untuk menghapus kedaulatan Kesultanan atas kota tersebut.

Pulau Kemaro

Pulau Kemaro Palembang

Wisata susur sungai Musi di Palembang juga cukup menarik. Dari BKB, kita bisa menuju ke Pulau Kemaro yang terletak di Kecamatan Kalidoni.

Pulau Kemaro, merupakan sebuah delta kecil di Sungai Musi, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera. Pulau Kemaro terletak di daerah industri, yaitu di antara Pabrik Pupuk Sriwijaya dan Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Posisi Pulau Kemaro adalah agak ke timur dari pusat Kota.

Di Pulau Kemaro juga terdapat makam dari putri Palembang, Siti Fatimah. Menurut legenda setempat yang tertulis di sebuah batu di samping Klenteng Hok Tjing Bio, pada zaman dahulu, datang seorang pangeran dari Negeri Tiongkok, bernama Tan Bun An, ia datang ke Palembang untuk berdagang. Ketika ia meminta izin ke Raja Palembang, ia bertemu dengan putri raja yang bernama Siti Fatimah. Ia langsung jatuh hati, begitu juga dengan Siti Fatimah. Mereka Pun menjalin kasih dan berniat untuk ke pelaminan. Tan Bun An mengajak sang Siti Fatimah ke daratan Tiongkok untuk melihat orang tua Tan Bun Han. Setelah beberapa waktu, mereka kembali ke Palembang. Bersama mereka disertakan pula tujuh guci yang berisi emas. Sesampai di muara Sungai Musi Tan Bun han ingin melihat hadiah emas di dalam Guci-guci tersebut. Tetapi alangkah kagetnya karena yang dilihat adalah sayuran sawi-sawi asin. Tanpa berpikir panjang ia membuang guci-guci tersebut ke laut, tetapi guci terakhir terjatuh di atas dek dan pecah. Ternyata di dalamnya terdapat emas. Tanpa berpikir panjang lagi ia terjun ke dalam sungai untuk mengambil emas-emas dalam guci yang sudah dibuangnya. Seorang pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, tetapi kedua orang itu tidak kunjung muncul. Siti Fatimah akhirnya menyusul dan terjun juga ke Sungai Musi. Untuk mengenang mereka bertiga dibangunlah sebuah kuil dan makam untuk ketiga orang tersebut.

Kampung Kapitan

Kampung Kapitan

Kampung Kapitan merupakan sebuah kawasan cagar budaya yang terletak di kota Palembang, Sumatera Selatan. Kawasan ini terletak di tepi sungai Musi tepat di sisi barat jembatan Ampera yang dikenal juga dengan daerah tuju ulu. Dahulu kawasan ini adalah tempat yang pertama kali menjadi kawasan tempat tinggal bagi warga Tionghoa pada masa penjajahan Belanda.

Kawasan ini dinamakan dengan kampung kapitan karena di kawasan ini terdapat 3 rumah perwira. Kampung ini didirikan pada tahun 1644 abad XVI.[2] Meski sudah berusia ratusan tahun bangunan bangunan yang ada di tempat ini masih ditinggali.

Kampung Arab Almunawar

Kampung Arab Almunawar

Kampung Arab tidak hanya ada di Surabaya. Palembang ternyata juga mempunyai kampung yang dihuni oleh penduduk-penduduk yang datang dari Timur Tengah.Kampung ini sudah ada ketika Belanda saat itu menduduki Indonesia.

Nama kampung ini konon diambil dari tokoh sepuh Habib Hasan Abdurrahman Al-Munawar yang kemudian menjadi pemimpin setelah Belanda melakukan pendekatan pada etnis Arab dan dia diberi pangkat kapten dan wafat pada tahun 1970. Beberapa sumber menyatakan, bahwa kampung ini terdiri dari 30 kepala keluarga yang merupakan keturunan asli Arab dengan ciri khas wajah mereka.

Desa wisata kampung Arab Al Munawar ini berada di sepanjang Sungai Musi, baik di bagian Ilir maupun Ulu. Tepatnya di kawasan 13 Ulu, Palembang. Keunikan utama yang membuat penasaran wisatawan datang ke sini adalah bangunannya. Setidaknya ada delapan rumah yang menjadi cagar budaya di sini. Ada rumah tinggi, darat, tipe indie, kembar darat, hingga kembar laut yang konon usianya sudah sekitar lebih dari 300 tahun.

Delapan rumah yang sudah lebih dari dua abad bertahan ini tidak hanya kokoh tak termakan zaman dan bahkan masuk ke dalam cagar budaya, dan dirawat secara rutin demi menjaga kearifan lokalnya, ciri khas rumah ini juga yaitu dicat putih bercampur hijau, ungu dan merah jambu. Bangunan tersebut juga masih mengandalkan arsitekturnya yang khas dan unik. Setiap rumah memiliki desain ornamen Timur Tengah atau pengaruh Eropa yang masih asli dan klasik, selain itu terdapat gaya rumah dengan pengaruh dari daerah lain di Indonesia seperti ada yang berbentuk Limas, rumah adat Sumatera Selatan.