Yayasan Budhakirti Palembang Bagikan 100 Eksemplar Buku Borobudur

Pembina Yayasan Budhakirti Palembang Darwis Hidayat menyerahkan buku “Borobudur Biara Himpunan Kebajikan Sugata” kepada staf Balai Arkeologi Sumsel. (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Pembina Yayasan Budhakirti Palembang Darwis Hidayat menyerahkan buku “Borobudur Biara Himpunan Kebajikan Sugata” kepada staf Balai Arkeologi Sumsel. (Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

Untuk memperkaya literasi masyarakat, Yayasan Budhakirti Palembang menyerahkan buku “Borobudur Biara Himpunan Kebajikan Sugata” kepada Balai Arkeologi Sumsel, perpustakaan, perguruan tinggi negeri dan swasta, dan sejumlah media massa, Jumat (18/6).


“Buku ini sebagai upaya kajian atas Candi Borobudur dan mempermudah literatur yang ada. Sehingga prosesnya mudah untuk dipelajari generasi muda saat ini karena tersusun dengan baik,” ujar Pembina Yayasan Budhakirti Palembang, Darwis Hidayat didampingi Tokoh Agama Budha Sumsel, Hindralili dan Juniarti Salim.

Dalam buku karangan Hudaya Kandahjaya yang diterbitkan Penerbit Karaniya, Jakarta, ini menggambarkan inti dan detail yang terdapat dalam candi secara keseluruhan.

“Kita bersyukur, setelah melakukan kajian dan penelitian terhadap Candi Borobudur sejak tahun 1980-an, saat ini sudah bisa kita baca hasilnya di dalam buku ini. Apalagi, Candi Borobudur ini merupakan bangunan monumental di Indonesia yang hampir semua bangsa mengenalnya,” kata Darwis.

Bahkan menurut Darwis, di dalam buku ini juga menerangkan, Candi Borobudur dan relief atau tulisan yang ada di candi tersebut berisikan intisari dari ajaran Budha Sakyamuni.

Hal ini tertuang secara langsung dalam karya ukiran tadi. Yang lebih penting lagi, di negara Nusantara yang sederhana ini, merupakan negara sangat makmur. Ini terlihat dari kemegahan dari bangunan Candi Borobudur ini sendiri.

“Kalau kita mau belajar dan mengkaji lebih jauh isi dan tulisan yang ada dari relief ini, ternyata semua intisari ajaran Budha Sakyamuni tadi terdapat secara utuh di Borobudur,” ucapnya.

Darwis mengatakan, khusus kepada umat Budha perlu juga memahaminya dan mengamalkannya.

“Kalau memiliki waktu dan ingin mempelajari intisari dari ajaran Budha Sakyamuni silakan ke Candi Borobudur. Bahkan baru-baru ini, Borobudur oleh Mendikbud menjadi destinasi wisata religius. Sehingga bisa  belajar agama Budha, baik itu umat Budha ataupun umat lainnya,” ujarnya.

Oleh karena itu, karena keterbatasan buku yang diberikan ini yakni hanya 100 eksemplar saja, maka nantinya ini akan dibagikan ke usaha penerbitan atau media cetak, elektronik ataupun online.

Tidak itu saja, penerbitan buku ini tertanggal 26 Mei ini bertepatan dengan momentum peringatan pengukuhan pendirian dari Candi Borobudur ke 1197 tahun atau tepatnya 26 Mei 824 Masehi.

“Penerbitan buku ini juga bertepatan 1197 tahun pendirian Candi Borobudur dan perayaan Waisak tahun 2021. Tentunya juga buku ini menjadi salah satu referensi bacaan umat, ini tidak lain untuk memahaminya secara utuh dari Candi Borobudur tadi,” tukas Darwis.