Tahun sudah berganti, tapi kebiasaan mager (malas gerak) dan lebih senang rebahan belum bisa diubah? Sudah waktunya untuk move on dan lebih banyak aktif, karena penelitian membuktikan bahwa kebiasaan mager dan rebahan menyumbang tingginya angka kematian.
- Afrika Catat 1.200 Kasus Mpox dalam Sepekan, Terbanyak di Kongo
- WHO Tetapkan Wabah Mpox Afrika sebagai Darurat Kesehatan Global
- WHO Desak Evakuasi 9.000 Pasien Gaza ke Luar Negeri
Baca Juga
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, kaum rebahan menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Risiko kematiannya 20 sampai 30 persen lebih tinggi dari orang-orang yang aktif bergerak.
Mengutip dari Farah.id, Kaum rebahan atau yang popular disebut sedentary lifestyle adalah sebuah istilah untuk orang-orang yang senang sekali menghabiskan waktu dengan tiduran atau duduk dalam waktu yang cukup lama (di luar waktu tidur).
Kebiasaan ini tanpa diadari memicu banyak sekali penyakit, seperti jantung, obesitas, depresi, hingga risiko kematian dini. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), akibat mager Masyarakat Indonesia mengalami prevalensi obesitas hingga 21,8 persen.
Kementerian Kesehatan RI memaparkan, sedentary lifestyle mulai dikenal sejak masa pandemi. Pola kerja dan kebiasaan di rumah saja menyebabkan sebagian orang malas keluar rumah. Mereka lebih senang menonton TV, bermain video game, dan berjam-jam duduk di depan laptop. Lama kelamaan menjadi terikat karena merasa nyaman.
Satu-satunya cara mengatasi ini adalah dengan mulai membiasakan aktivitas fisik. Lawanlah rasa malas yang seringkali menjadi penyebab enggan beraktivitas fisik. Caranya mudah, bisa diawali dengan melakukan kegiatan rumahan seperti menyapu, menyiram tanaman, hingga workout di rumah.
Atau, bisa juga dengan jalan santai atau jogging di halaman rumah/keliling kompleks. Lakukan aktivitas apapun yang kamu sukai dan jangan lupa untuk membiasakan diri berolah raga minimal 30 menit sehari.
- Afrika Catat 1.200 Kasus Mpox dalam Sepekan, Terbanyak di Kongo
- WHO Tetapkan Wabah Mpox Afrika sebagai Darurat Kesehatan Global
- WHO Desak Evakuasi 9.000 Pasien Gaza ke Luar Negeri