Sebuah penelitian baru dari China mengungkapkan, anak-anak bisa menjadi carrier atau pembawa virus yang paling potensial.
- Rumah Oksigen Gotong Royong Ditarget Selesai Awal Agustus, Jokowi: Siap Tampung 500 Pasien
- Kapasitas Tidak Cukup, RS di Thailand Simpan Mayat di Kontainer
- Antisipasi Hepatitis Akut, Begini Rekomendasi IDAI untuk Masyarakat
Baca Juga
Pasalnya, anak-anak cenderung tidak memiliki gejala yang parah ketika terinfeksi virus corona atau Covid-19. Beberapa kasus Covid-19 pada anak-anak juga lebih sulit dideteksi daripada orang dewasa.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam sebuah makalah The Lancet Infectious Disease pada Rabu (26/3) menunjukkan, 28 persen dari anak-anak yang terinfeksi tidak memiliki gejala.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap 36 anak-anak di Provinsi Zhejiang. Di mana 10 anak tidak memiliki gejala infeksi dan 7 anak lainnya memiliki gejala pernapasan ringan. Sebuah penelitian lain yang diterbitkan pada bulan ini The New England Journal of Medicine juga memiliki hasil yang serupa.
Dari 171 anak yang terinfeksi corona di Wuhan, sebanyak 27 anak atau 15,8 persen tidak menunjukkan gejala. Bahkan 12 anak lainnya tidak menunjukkan pneumonia saat dilakukan scan medis.
“Sebagian besar anak-anak tanpa gejala menunjukkan kesulitan dalam mengidentifikasi pasien anak yang tidak memiliki informasi epidemiologis yang jelas, yang mengarah ke situasi berbahaya pada infeksi yang didapat masyarakat,” kata para peneliti dalam penelitian Zhejiang seperti dimuat SCMP.
Oleh karena itu, meski jumlah kasus di China sudah menurun bahkan beberapa kali mendapatkan nol kasus lokal, namun sekolah-sekolah di beberapa wilayah masih belum dibuka untuk meminimalisir terjadinya lonjakan kasus baru, Pakar medis Kanada Alyson Kelvin dan Scott Halperin juga mengatakan penelitian di Zhejiang menunjukkan potensi peran anak-anak dalam menyebarkan virus.
“Temuan paling penting yang datang dari analisis ini adalah bukti jelas bahwa anak-anak rentan terhadap infeksi, tetapi seringkali tidak memiliki penyakit yang menonjol, meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak dapat menjadi fasilitator penularan virus,” tulis mereka dalam komentar di jurnal.
Ada pun penelitian tersebut dipimpin oleh Song Qifa dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Ningbo dan Chen Dong dari Rumah Sakit Pusat Wenzhou. Penelitian tersebut dilakukan pad anak berusia 1 hingga 16 tahun dari Januari hingga akhir Februari. [ida][R]
- Mengulas Manfaat dan Dampak Negatif Ganja, Mampukah Jadi Obat Psikadelik?
- Bahayakan Kesehatan, Pedagang Ciki Ngebul di Palembang Diminta Stop Penjualan
- Masuk Musim Kemarau, Palembang Rawan DBD