Virus Ngorok Ancam Peternak, 431 Kerbau di OKI Mati Mendadak

Kandang ternak yang mulai kosong milik warga di Kecamatan Pampangan. (Hari Wijaya/RMOLSumsel.id)
Kandang ternak yang mulai kosong milik warga di Kecamatan Pampangan. (Hari Wijaya/RMOLSumsel.id)

Peternak kerbau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) merasa khawatir akibat maraknya virus Septicaemia Epizootica (SE) atau virus ngorok selama dua pekan terakhir.


Kekhawatiran peternak bukan tanpa alasan, tercatat sebanyak 431 kerbau mati mendadak.

Salah satu peternak kerbau di Desa Kuro Kecamatan Pampangan, M Ali Hanafiah mengungkapkan, tiga ekor kerbau dari 15 ekor kerbau miliknya mati mendadak akibat terserang penyakit ngorok tersebut.

"Kerbau yang mati milik saya sudah 3 ekor, dua diantaranya mati dipotong dan satu mati di dalam kandang. Itu total kerugiannya hampir Rp 50 juta," katanya, Rabu (17/4).

Ali menjelaskan, kerbau yang sudah terindikasi terserang virus ngorok tersebut, harus segera disembelih. Karena, penyebaran virus tersebut lebih cepat jika dibandingkan dengan virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang biasa menyerang hewan ternak yang dapat diantisipasi dengan vaksinasi.  

"Penyebarannya hanya hitungan jam, kerbau harus segera dipotong. Dagingnya sebagian ada yang dibagikan untuk dikonsumsi, ada juga yang dijual ke pangkalan," katanya.

Ali menambahkan, harga jual kerbau di pasaran biasanya kisaran mencapai Rp 17 juta per ekor. Namun, setelah terindikasi terjangkit virus ngorok kerbau hanya dibanderol dengan harga dibawah Rp 4 juta per ekor.

"Setelah dipotong hanya dibanderol Rp 1,5 juta di pangkalan. Karena, peminatnya sudah berkurang dan pedagang lebih memilih menjual daging dari luar," ungkapnya.

Untuk mengantisipasi terjangkitnya virus ngorok yang menyerang hewan ternaknya, ia harus membeli sebanyak 14 botol jenis vaksin seharga Rp 550 ribu untuk disuntikkan.

"Setelah disuntik vaksin itu, nafas kerbau sudah agak membaik. Sejauh ini di Desa Kuro Kecamatan Pampangan sudah 50 ekor kerbau yang mati mendadak," tandasnya.

Sementara, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Sadi Purwanto menjelaskan, menyerang sistem pernapasan secara akut sehingga menyebabkan pendarahan.

"Kerbau yang menderita akan mengalami kesulitan bernapas sehingga terdengar ngorok yang sangat jelas terutama di malam hari," ujar Sadi.

Menurut Sadi, pihak Disbunnak OKI telah menyiapkan vaksin sebanyak 1.200 dosis untuk kerbau yang masih sehat agar virus tersebut tidak meluas lagi.

"Tim UPTD Puskeswan Pampangan telah melakukan pengobatan massal pada hewan yang sakit dan memberikan vaksinasi kepada 450 ekor kerbau di kecamatan Pampangan, Pangkalan Lampam dan Air Sugihan agar penyebaran virus SE tidak meluas," imbuhnya.

Kondisi pemeliharaan hewan kerbau yang diliarkan lanjutnya, menjadi salah satu faktor penyebab virus ngorok cepat menyebar luas.

"Karena virus bisa menyebar lewat kontak langsung antara kerbau yang satu dengan yang lainnya," ungkapnya.

Sadi menambahkan, hingga kini pihaknya masih bergerak melakukan pelayanan tindakan pengobatan pada kerbau yang terjangkit dan memvaksinasi kerbau yang masih sehat.

"Penyakit ngorok ini bisa disembuhkan dan penyakit ini juga tidak menular kepada manusia," pungkasnya.