TOLONG! Jadi Korban Perdagangan Manusia, Warga OKUS Telantar

Setelah bertahan hidup dengan hanya memakan umbut pepohonan selama 7 hari 7 malam, lima warga asal Kota Muaradua, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (OKUS), Sumatera Selatan, akhirnya berhasil keluar dari hutan di daerah Tabang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).


Ini bukan cerita atau dongeng semata. Tapi peristiwa nyata. Derita ini dialami Luky Gunata, warga Desa Manggin Kecamatan Muara Dua. Aroji, Anwar, Basuni dan Fendi, warga Desa Pedagan Dua Dusun 3, Kecamatan Muara Dua, Kabupaten OKUS.

Beruntung. Kelima warga OKU Selatan tersebut akhirnya bertemu dengan Ketua IKABES (Ikatan Keluarga Besar Sriwijaya) Kabupaten Kukar Arif Budiman. Dan untuk sementara, kelimanya ditampung di Sekretariat IKABES Kukar di Jl KH Dewantara, Tenggarong.

Gimana ceritanya mereka bisa berada di sana? Kepada RMOLSumsel.id yang berhasil menghubunginya tadi, Minggu (23/8/2020), Luky menuturkan awal mula mereka bisa berada di Pulau Kalimantan itu.

Begini; bahwa awalnya, sekitar 3 bulan lalu, mereka berjumlah 14 orang ini berangkat dari Muaradua untuk dipekerjakan di sebuah perusahaan perkebunan kayu. Kata Luky, lokasinya di dalam hutan di wilayah Kabupaten Kukar.

“Ada koorlap yang bawa kami dari Muaradua. Katanya ada kerja di sana. Kerjanya enak, bisa dapat 10 juta sebulan. Jadi kami ada 14 orang ikut,” ungkap Luky saat berbincang melalui telepon seluler milik Ketua IKABES Kukar Arif Budiman.

Mereka sendiri awalnya tidak tahu, kalau akan dipekerjakan di dalam hutan. Job desk mereka, adalah membersihkan kayu (Ekaliptus dan akasia), menyemprot dan menebas.

Tapi sampai lokasi, mereka dipisah-pisah oleh koorlap tadi. Nah, kebetulan mereka berlima dititipkan di Perusahaan Perkebunan Kayu PT Silva, yang pada akhirnya membuat hidup mereka menderita.

“Setelah koorlap menitipkan kami, terus dia pulang. Katanya mau urus keluarganya. Sementara kami di tempat penitipan itu diperlakukan sangat kejam. Berangkat jam 6, pulang jam 6. Kami istirahat tidur di pondokan dalam hutan itu,” katanya.

Selama 3 bulan di sana, menurut Luky, boro-boro mereka mendapatkan upah. Yang ada malah justru mereka terutang.

“Pertama masuk, kami dikasih bon Rp1.5 juta per orang. Terus kami disuruh kerja untuk habiskan bon itu. 3 hari kemudian, bon kami bertambah lagi Rp3 juta. Sudah itu, 3 hari lagi bertambah lagi jadi Rp6 juta. Jadi kami kerja ini cuma dapat bon (utang) saja,” sesal dia.

Sementara itu, pekerjaan yang mereka lakukan dirasa sangat berat. Dalam 20 hektar perkebunan kayu itu, mereka mesti mampu membersihkannya dalam waktu 4 hari.

“Kerja kami bersihkan rumput kayu akasia dan karitus. Kami yang merawat dan membersihkan. Kalau gak selesai, kami yang dimarahi. Kami sudah kerja, tapi dibilang tidur oleh bos di tempat kami tinggal,” ungkapnya lagi.

Karena tak tahan dengan perlakuan macam itu, mereka berlima akhirnya kabur.

“Kami keluar gara-gara terus kena marah. Kami capek kerja, malah dibilang tidur. Terlambat mindahkan drum saja, kami diancam. Kalau masih disini, awas. Begitu ancaman kepada kami,” beber Luky.

Namun, upaya keluar dari tempat mereka kerja, rupanya tak mudah. Ini karena lokasinya yang berada dalam hutan. Walhasil, kelima warga OKU Selatan ini sempat tersesat selama 7 hari 7 malam di dalam hutan di daerah Tabang. Untuk bertahan hidup selama di hutan, mereka hanya memakan umbut-umbutan.

Singkat cerita, mereka pun berhasil keluar dari hutan di daerah Pelai, dan menemukan sebuah kampung kecil di sana. Kelimanya dibawa warga menggunakan truk dari Kecamatan Kotabangun menuju Tenggarong, ibukota Kukar.

“Selama 2 hari di Tenggarong, kami sempat tidur di Kuburan Kelambu Kuning,” tandasnya.

Kelima warga OKUS ini, akhirnya beruntung bertemu dengan Ketua IKABES Kukar Arif Budiman, yang pada akhirnya mempersilahkan mereka beristirahat di Sekretariat IKABES Kukar di Tenggarong.

“Saya ketemu di Tenggarong. Mereka berencana menelpon keluarganya untuk pulangg,” ujar Arif.

Atas temuan ini, Arif sendiri mengaku sudah berkoordinasi dengan Camat Muaradua Kabupaten OKU Selatan, Sumsel. Termasuk dengan Bupati. Dan juga sudah mengkoordinasikan dengan Dinas Sosial Kabupaten Kukar, dan pihak Kecamatan tenggarong.

Saat ini, sembari menunggu kelanjutan dari peristiwa ini, kelima warga OKUS tersebut kata Arif, ditampung di Sekretariat IKABES Kukar, di Tenggarong.

“Camat di Muaradua sudah memberi tanggapan, dengan meminta data dulu. Kami berharap mereka bisa cepat dipulangkan, karena masih ada beberapa orang lainnya yang bisa jadi nasibnya sama,” tandas Arif.[ida]