Tokoh Masyarakat dan Agama Diminta Aktif Cegah Potensi Konflik dalam Pilkada Serentak 

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sumsel terus mendorong peran masyarakat dalam menciptakan suasana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak berjalan aman, lancar dan kondusif. 


Peningkatan peran serta masyarakat tersebut dilakukan dengan berbagai sosialisasi kepada tokoh masyarakat maupun agama. 

"Kami terus mendorong peran dari para tokoh agar dapat menciptakan suasana yang kondusif dan sejuk jelang pencoblosan mendatang," kata Anggota Bawaslu Sumsel, Ahmad Naafi saat hadir dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Pentingnya Peran Tokoh Masyarakat Guna Menyukseskan Pemilukada Serentak 2024" yang digelar Polda Sumsel di Hotel The Zuri, Jumat (22/11). 

Dia mengatakan, Bawaslu Sumsel juga terus meningkatkan kinerja pengawasan terhadap jalannya tahapan Pilkada. "Bawaslu sudah berusaha meminimalisir berbagai pelanggaran baik administrasi maupun pidana," katanya.

Proses pengawasan dilakukan dengan menempatkan pengawas di setiap desa. "Jadi kami punya program satu desa satu pengawas. Penempatan ini diharapkan dapat membuat jalannya Pilkada berjalan sesuai dengan aturan dan mekanisme," ungkapnya. 

Hanya saja, kerja pengawasan ini membutuhkan keterlibatan dari seluruh pihak. Terutama tokoh masyarakat maupun agama. "Masyarakat kami ajak untuk melaporkan setiap pelanggaran yang terjadi. Sehingga, Pilkada yang terlaksana berintegritas, luber, dan jurdil," ucapnya. 

Sementara itu, Wadir Intelkam Polda Sumsel, AKBP Mario Ivanry menuturkan, pihaknya telah melakukan pemetaan terhadap wilayah yang rentan terjadinya konflik. Bahkan, pendataan dilakukaan hingga di tingkatan Tempat Pemungutan Suara (TPS). 

"Ada sebanyak 204 TPS masuk kategori sangat rawan dan 1.700 TPS kategori rawan," ucapnya. 

Kerawanan ini, kata Ivanry bukan hanya dari potensi adanya konflik antar pendukung. Tapi juga lokasi yang rawan bencana. Sehingga dapat mengganggu pemilih untuk melakukan pencoblosan. 

Dia mengatakan, suasana Pilkada Serentak yang berlangsung saat ini makin menghangat, terutama sepanjang debat paslon berlangsung. "Ada intrik saat debat Pilkada seperti di OKU dan Muba yang salah satu paslon melakukan Walk Out. Tentunya ini jadi perhatian kami agar tidak ada konflik lebih lanjut dampak dari kejadian tersebut," terangnya. 

Akademisi Unsri, Dr Senna Prabujaya menuturkan, tokoh masyarakat merupakan simpul utama dalam meredam konflik yang dapat terjadi akibat gesekan politik yang timbul saat pelaksanaan Pilkada Serentak. 

"Mereka juga punya peran untuk mengidentifikasi potensi konflik. Sehingga, suara atau masukan dari tokoh masyarakat maupun agama jangan dianggap sepele," ungkapnya. 

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumsel, Syarnubi menuturkan, perwakilan majelis dari enam agama telah berikrar untuk menjaga kondusifitas pemilu agar tetap aman dan lancar. "Kami juga terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada umat masing-masing agar tidak terpengaruh terhadap isu maupun informasi yang bisa memecah konflik," tegasnya. 

Dia juga mengajak seluruh tokoh agama untuk tidak tinggal diam ketika melihat potensi konflik yang bisa terjadi. "Kami minta tokoh ini jangan tinggal diam. Segera redam dan jangan sampai gesekan yang terjadi meluas," tandasnya.