Info Resmi 9 Korban Covid-19 Meninggal di Sumsel, Di Lapangan Capai Puluhan Jiwa

Berdasarkan data yang disampaikan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Sumsel hingga tanggal 8 Mei, tercatat ada 227 warga Sumsel yang mengalami positif Covid-19. Sementara yang sudah sembuh dari virus tersebut mencapai 49 orang dan tercatat ada 8 orang meninggal.


Untuk yang meninggal masing-masing Kota Palembang 2 orang, OKU Timur 1 orang, Banyuasin 1 orang, Kota Prabumulih 1 orang, OKI 1 orang, Muaraenim 1 orang, dan Musirawas 1 orang.

Namun data pemerintah ini diperkirakan berbeda jauh dengan kondisi di lapangan khususnya data warga yang meninggal. Berdasarkan fakta di lapangan, jumlah warga yang meninggal diduga akibat Covid-19 mencapai puluhan jiwa.

Warga Kecamatan Gandus, khususnya yang berada di sekitar pemakaman Sungai Lacak kini hampir terbiasa melihat pemakaman korban Covid-19.

Bahkan pemakaman terakhir terjadi pada Jumat (8/5) kemarin, dimana mobil khusus jenazah korban Covid-19 dikawal langsung mobil kepolisian tanpa sirine.

"Hampir tiap hari, ada mobil jenazah bawa wong meninggal kareno Corona. Kadang siang, kadang malam, kadang sore. Kadang siang samo malam. Lah hampir tiap hari," kata Tika warga sekitar lokasi pemakaman.

Sementara data pada Gugus Tugas Sumsel, pada Jumat kemarin tidak tercatat ada korban yang meninggal.

Di lokasi pemakaman khusus Covid-19 di Sungai Lacak sendiri tercatat sudah ada 20 warga yang dimakamkan dengan SOP Covid-19. Tidak ada penjelasan terperinci siapa saja yang dimakamkan itu, kecuali pihak keluarga yang berduka. Termasuk juga petugas keamanan dilapangan, penggali kubur serta lainnya tidak ada yang tahu.

"Kami sebagai aparat keamanan pun dak tau. Cuman ngamanke bae, kecuali komandan kami, mungkin mereka tau. Tapi yang jelas di Sungai Lacak ini sudah banyak," terang salah satu petugas kepolisian yang ikut mengamankan pemakaman.

Meski berada di Palembang namun tidak hanya warga Palembang yang dimakamkan di tempat khusus tersebut. Beberapa waktu, ada pasien Covid-19 asal Ogan Ilir yang terpaksa dibawa ke Sungai Lacak karena takut mendapat penolakan.

Jumlah ini belum dari berbagai daerah di Sumsel. Seperti di OKU Timur, salah satu warga bernama Tria binti Suwarno (23), warga Desa Argomulyo Kecamatan Belitang Jaya OKU Timur, pulang dari Jakartadengan kondisi badan batuk filek dan demam pada 24 April.

Namun pada Senin (27/04/2020) sekitar pukul 02.30 WIB dikabarkan meninggal dunia dan diduga terinveksi Virus Corona serta dimakamkan dengan SOP Covid-19.

Sementara sebelumnya Kadis Kominfo H.Achmad Rizwan menerangkan, hingga saat ini jumlah ODP tercatat sebanyak 4.519 orang, ODP selesai pemantauan 3.285 orang, ODP masih dalam pemantauan 1.234 orang.

Kemudian PDP terdata sebanyak 305 orang, PDP selesai pengawasan 149 orang, kemudian PDP dalam proses pengawasan ada 156 orang dan penambahan PDP ( 8 Mei) sebanyak 18 orang.

Adapun sampel yang diperiksa ada sebanyak 1.522 orang ( OTG = 1.115 orang, PDP = 343, ODP = 74). Kemudian sampel positif berjumlah 227 orang, sampel negatif 213 orang serta sampel yang masih dalam proses pemeriksaan ada sebanyak 1.073 orang.

Sedangkan data pasien meninggal berjumlah 8 orang, masing-masing Palembang 2 orang, OKUT 1 orang, Banyuasin 1 orang, Prabumulih 1 orang, OKI 1 orang, Muaraenim 1 orang, dan Musirawas 1 orang.

Jubir Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 Sumsel, Yusri, mengatakan terkait masih ada 1.073 sampel yang dalam proses pemeriksaan Ia meminta tidak membuat masyarakat panik. Karena semakin banyak sampel yang diperiksa maka penyebaran Covid semakin mudah dideteksi dan dilakukan pencegahan.

"Hal ini jangan dinilai sebagai sesuatu yang membuat panik. karena sampel yang kita ambil itu memang adalah rata-rata dari orang yang berkontak dengan kasus. Sampel ini terus kita ambil agar penyebarannya berhenti," jelasnya.

Menanggapi adanya perbedaan data itu Habib Mahdi Shahab menilai ada beberapa kemungkinan yang membuat data pemerintah berbeda dengan fakta di lapangan.

"Bisa saja kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai agar tidak menimbulkan kegaduhan. Saya kira itu baik juga. Tapi kalau itu cuma untuk menutupi kebobrokan pemerintah dalam menanggulangi Covid-19 di Sumsel, yah itu namanya pengkhianatan," tegas Habib Mahdi.

Untuk itu dia juga meminta pemerintah untuk terbuka dalam memberikan informasi ke masyarakat, jangan sampai ada perbedaan antara data yang dikeluarkan dengan fakta di lapangan.