Perdana Menteri Moldova Natalia Gavrilita memutuskan untuk mengundurkan diri bersama pemerintahannya di tengah gempuran tekanan dari Rusia.
- Banjir Meluas ke Kazakhstan, Rusia Evakuasi Lebih dari 100.000 Warga
- Penyidik Rusia Tuding Ukraina Terlibat dalam Serangan yang Tewaskan 145 Orang di Gedung Konser Bulan Lalu
- Moskow Diserang Teroris, 40 Orang Dikabarkan Tewas
Baca Juga
Dikenal pro-Uni Eropa, Gavrilita mengundurkan diri pada Jumat (10/2). Pengunduran dirinya juga telah sampai ke Presiden Maia Sandu.
Sandu mengatakan akan berkonsultasi dengan fraksi parlemen terkait calon pengganti Gavrilita dan pemerintahan baru Moldova.
"Saya mencatat pengunduran diri Perdana Menteri Natalia Gavrilita. Terima kasih banyak atas pengorbanan dan upaya Anda yang luar biasa untuk memimpin negara ini di saat begitu banyak krisis," kata Sandu, seperti dikutip UPI.
Gavrilita juga menumumkan pengunduran dirinya lewat video. Ia mengatakan Moldova telah memasuki fase baru, di mana keamanan menjadi prioritas.
"Jika pemerintah kami memiliki dukungan yang sama di dalam negeri seperti yang kami dapatkan dari mitra Eropa kami, kami dapat maju lebih jauh dan lebih cepat," kata Gavrilita.
Pada November, Uni Eropa mengumumkan bantuan sebesar 250 juta dolar AS untuk Moldova mengatasi krisis energi setelah Rusia memutuskan aliran gas alam karena perang Ukraina.
Moldova adalah bekas Uni Soviet dengan populasi sekitar 2,6 juta orang. Pada Maret 2022, Moldova dan Georgia mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa.
- DPR AS Loloskan Paket Bantuan Rp1.540 Triliun untuk Israel, Ukraina dan Taiwan
- Rudal Israel Dilaporkan Hantam Pangkalan Isfahan Iran
- DPR Minta WNI Tunda Perjalanan ke Iran dan Israel