Strategi Tebar Jaring ala Demokrat Sumsel, Memecah Suara Jurai Besemah

(kiri ke kanan) Harnojoyo,, Cik Ujang dan Holda yang merupakan tokoh Demokrat Sumsel yang menyatakan diri maju pada Pilgub Sumsel. (ist/rmolsumsel.id)
(kiri ke kanan) Harnojoyo,, Cik Ujang dan Holda yang merupakan tokoh Demokrat Sumsel yang menyatakan diri maju pada Pilgub Sumsel. (ist/rmolsumsel.id)

Partai Demokrat Sumsel cukup menjadi sorotan belakangan. Setelah dinilai gagal dalam mempertahankan prestasi di pemilu sebelumnya, kini Demokrat di bawah komando Cik Ujang disebut sedang bermain strategi. 


Merangkum dari sejumlah pemberitaan, pertama kali partai berlambang mercy ini mendapat sorotan adalah ketika kadernya yang juga mantan Wali Kota Palembang, Harnojoyo digandeng oleh mantan Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya untuk maju di Pilgub Sumsel mendatang.

Kedua tokoh ini sepakat melakukan deklarasi pada Maret 2024 lalu, dengan didampingi oleh mantan gubernur Sumsel Syahrial Oesman. Untuk diketahui, Syahrial sebelumnya juga merupakan tokoh yang mengusung Herman Deru-Mawardi Yahya pada Pilgub 2019. 

Isu keretakan antara Herman Deru dan Mawardi Yahya merupakan bagian lain dari cerita ini. Namun kembali kepada Harnojoyo, belakangan pria asal Tanjung Sakti, Lahat ini dikabarkan tidak mendapatkan restu dari Demokrat Sumsel untuk maju. 

Tak lama berselang, giliran bendahara Demokrat Sumsel, Holda muncul. Dia mengambil formulir di sejumlah partai untuk maju sebagai calon gubernur Sumsel. Holda disebut sebagai srikandi terbaik partai demokrat, yang sudah mendapat dukungan dari sejumlah pihak. 

Majunya Holda membuka peluang Sumsel untuk dipimpin pertama kalinya oleh gubernur perempuan. Bahkan secara kebetulan, di dalam darahnya juga mengalir darah besemah atau disebut juga bagian dari Jurai (keturunan) Besemah.

Holda juga mengambil formulir pendaftaran bakal calon gubernur di partainya, sehingga awalnya sempat dikira akan mendapat dukungan dari partai. Meskipun kemudian, situasi politik internal partai yang didirkan SBY ini bergejolak. 

Adalah Cik Ujang sendiri, Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel yang juga mantan Bupati Lahat, akhirnya menerima pinangan mantan gubernur Sumsel Herman Deru untuk mendampinginya maju sebagai wakil di Pilgub mendatang. Bahkan deklarasi keduanya dikabarkan segera dilangsungkan. 

Pengamat politik Bagindo Togar yang dibincangi terkait hal ini mengungkapkan polemik di tubuh Demokrat Sumsel ini tidak terlepas dari kepemimpinan Cik Ujang yang lemah. Hal ini membuat kekuatan partai tidak terkonsolidasikan dengan baik. 

Hal ini pula yang kemudian membuat Cik Ujang gagal mempertahankan eksistensi Demokrat Sumsel,yang pada Pileg lalu membuat partai ini terdepan dari kursi pimpinan DPRD Sumsel. Dalam pandangannya, Bagindo sudah memprediksi ini sejak Cik Ujang terpilih aklamasi dalam Musyawarah Daerah (Musda) 2021 lalu. 

"Jika kita lihat dari indikator perolehan suara dan hasil Pileg, Cik Ujang sudah dapat dikatakan gagal memimpin Demokrat Sumsel. Hasil Pileg 2024 menunjukkan penurunan yang signifikan hingga kehilangan kursi pimpinan. Maka wajar jika dia akan dievaluasi dan kemungkinan dilengserkan, karena kiprahnya yang dinilai belum matang sejak terpilih," paparnya.

Jurai Besemah dan Darah Pemimpin

Melansir wikipedia, Suku Basemah atau juga disebut Melayu  Besemah, Pasemah, atau Pesemah, adalah suku bangsa yang mendiami wilayah kota Pagaralam, kabupaten Empat Lawang, kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim. 

Suku ini secara umum bermukim di sekitar kawasan gunung Dempo. Suku bangsa ini juga banyak yang merantau ke daerah-daerah di provinsi Bengkulu. Suku Pasemah merupakan salah satu suku bangsa asli yang berasal dari wilayah Sumsel yang memiliki kerabatan dengan suku Melayu dan Komering. 

Sudah sejak lama jurah besemah dikenal melahirkan sejumlah pemimpin di Sumsel. Mulai dari Gubernur Sumsel 2008, Prof. Dr. dr. H. Mahyuddin Natimbul Same'a, SpOG(K) dan Gubernur Sumsel periode 2008-2018, Alex Noerdin, Wali Kota Palembang periode 1993-2003, H Husni serta sejumlah pemimpin di daerah lainnya. 

Kalangan tokoh Besemah juga banyak menjadi petinggi militer TNI/Polri. Seperti Mayjen TNI Hambali Hanafiah, Brigjen TNI Chaidir Serunting Sakti, Brigjen TNI Zamzami Hanafiah, Mayjen TNI Djunaidi Djahri, Brigjen TNI Mikdala Buchori, Letnan Jenderal TNI Burhanudin Amin, Mayjen TNI Hendra Rizal, Mayjen Syamsu Rizal dan Komjen Pol (Purn) Susno Duadji.  

Menurut sejarawan dari Universitas Sriwijaya (Sumsel) Dedi Irwanto MA, terkait trah pemimpin Sumsel dari basemah dianggapnya wajar lantaran penduduk kawasan Besemah yang masuk wilayah Pagaralam, Empat Lawang, Lahat, Muaraenim Semendo sebagian OKU Selatan memiliki jumlah penduduk nomor dua terbesar di Sumsel.

"Apalagi sejak adanya jalur transprortasi kereta api dan hadirnya  sekolah perwira Jepang Gyugun di Pagar Alam membuat tokoh-tokoh dari Besemah muncul dan berkiprah di tingkat lokal dan nasional sehingga wajar tokoh Besemah seperti Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel Cik Ujang, Bendahara DPD Partai Demokrat Sumsel Ir Holda Msi dan mantan Walikota Palembang H Harnojoyo maju di Pilgub Sumsel, walaupun ujung-ujungnya Partai yang akan memilih calon gubernur dan wakil gubernur Sumsel tersebut," katanya, Rabu (8/5).

Terkait dukungan Jurai Basemah dalam Pilgub Sumsel  2024 kepada pasangan H Mawardi Yahya dan Hanojoyo menurutnya belum tentu didukung di tingkat bawah Jurai Basemah.

"Karena masih kuatnya ikatan masyarakat Basemah kepada calon di Pilgub Sumsel sehingga dukungan Jurai Basemah tidak otomatis didukung masyarakat tingkat bawah," katanya.

Selain itu, jika Cik Ujang dimajukan Partai Demokrat dalam Pilgub Sumsel menurutnya baik Holda dan Harnojoyo masih bisa maju di Pilgub Sumsel melalui partai lain .

"Tinggal apakah jika Harnojoyo dan Holda maju melalui partai lain apakah dikenakan sanksi oleh Demokrat atau tidak," katanya.

Budiarto Marsul, Ketua Persatuan Jurai Besemah memastikan Jurai Besemah solid dan tetap bersatu mendukung pasangan Mawardi Yahya dan Harnojoyo (Mahar)  di Pilgub Sumsel.

"Jurai Besemah tidak terpecah tetap bersatu dan solid dukung Mahar," kata anggota DPRD Sumsel, Rabu (8/5).

Dikomandoi Cik Ujang, Demokrat Sumsel Disebut Jadi Korban Pertama Politik Pecah Belah 

Ketua DPD Demokrat Sumsel Cik Ujang sebelumnya menyebut bahwa tidak ada polemik di tubuh partainya. Dia bahkan menyebut bahwa partai berlambang mercy itu tetap solid menatap Pilgub Sumsel mendatang. 

Belakangan, polemik internal partai mulai terlihat. Pertama sejak Harnojoyo maju digandeng Mawardi Yahya untuk menjadi Wakil Gubernur, kedua saat Bendahara Demokrat Sumsel Holda maju sebagai calon Gubernur, terakhir saat Ketua DPD Demokrat Sumsel Cik Ujang menerima pinangan Herman Deru. 

Pengamat Politik, Bagindo Togar mengatakan, meski banyak tokoh Demokrat Sumsel bermunculan dalam bursa Calon Gubernur maupun Wakil Gubernur, namun keputusan DPP yang menunjuk Cik Ujang dinilai paket lengkap yang didapat Herman Deru untk bertarung di Pilgub Sumsel.

"Cik Ujang ini bisa jadi paket lengkapnya Herman Deru ," ujarnya.

Lebih lanjut Bagindo menejelaskan, Cik Ujang memiliki tiga modal Utama yang dinilai layak mendampingi Herman Deru. Selain modal formalitas dukungan parpol pengusung antara Nasdem dan Demokrat yang telah mencukupi.

Latar belakang Cik Ujang sebagai pengusaha yang memiiki sumber dana besar dipastikan bakal menambah kekuatan logistik saat pilgub nanti. Ditambah lagi ketokohan Ketua DPD Demokat itu yang berasal dari suku besemah semakin memperkuat basis dukungan kepada pasangan tersebut.

"Tak kalah penting dari figur Cik Ujang itu karena dia memiliki modal logistik yang besar. Itu tidak bisa dipungkiri, karena dalam kontestasi ini pasti membutuhkan cost yang besar. Belum lagi kalau dihubungkan dengan kesukuan, Cik Ujang juga masuk dalam tokoh besemah," jelasnya.

Jika dibandingkan dengan cawagub lain seperti Harnojoyo, Bagindo berani mengatakan Cik Ujang jauh lebih unggul meski datang dari latar belakang parpol dan kesukuan yang sama.

"Untuk saat ini pasti Cik Ujang lebih unggul, karena dia masih memegang Ketua DPD Demokrat. Modal besar lainnya, logistik yang dimiliki Cik Ujang ini yang menjadi pertimbangan Herman Deru menggandeng beliau," tegasnya.

Sementara pengamat lainnya, Ade Indra Chaniago mengatakan, suara Jurai Besemah tidak akan pecah lantaran pencalonan Cik Ujang saat ini. 

"Tapi karena secara geo politik hari ini mereka semua diuntungkan jadi wajar kalo banyak bermunculan para tokoh tersebut,"kata dosen Stisipol Chandradimuka Palembang ini, Rabu (8/5).

Yang pasti menurut Ade, masing-masing tokoh tersebut saat ini sedang berlomba untuk tebar pesona supaya masuk dalam radar pada saat dilakukan survei. Harapannya nanti akan dipinang.

"Akan tetapi menurut saya, popularitas semata tidak dapat jadi jaminan bahwa para tokoh tersebut akan dilamar. Karena dalam konteks politik elektoral, selain popularitas juga dibutuhkan isi tas. Jadi ini pertimbangan mutlak yang sulit untuk ditawar, karena dengan pragmatisme pemilih, maka tidak cukup dengan hanya mengandalkan popularitas tanpa isi tas," tandasnya.