Beredarnya komposisi kepemilikan saham Sriwijaya FC mengejutkan publik sepakbola Sumsel. Meskipun, sebagai klub profesional, selama ini pengurus Sriwijaya FC juga dianggap tidak pernah terbuka.
- Gol Perdana Asnawi Mangkualam Bawa Ansan Greeners Menang Lawan Gimpo FC
- Pelatih Chelsea Positif Covid-19, Arno Michels Pegang Komando The Blues
- PS Palembang Bungkam PS Tanbu Putra 4-0
Baca Juga
Tidak hanya mengenai saham, tetapi juga kontrak pemain dan pelatih yang tentu berkaitan dengan pajak, dari sisi pemasukkan bagi negara. Sangat berbeda apabila dibandingkan dengan klub sepakbola profesional lain seperti misalnya di kawasan Asia Tenggara.
Salah satu pentolan suporter Sriwijaya FC, Qusoi yang dibincangi oleh Kantor Berita RMOLSumsel mengatakan PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) yang menaungi klub kebanggaan masyarakat Sumsel itu seperti katak dalam tempurung.
Tidak mau menerima perubahan dan masukkan yang disampaikan oleh kelompok suporter yang sejatinya berharap klub kesayangan mereka bisa meraih hasil maksimal di setiap laga dalam kompetisi.
Melihat awal mula perjalanan Sriwijaya FC yang dibeli dengan APBD Sumsel kemudian berubah menjadi kepemilikan pribadi saat ini, membuat Qusoi kecewa.
"Kami tidak tahu kalau yang sebenarnya saham PT SOM itu dipegang oleh satu orang, memang sebelumnya masalah kepemilikan saham ini pernah diselesaikan Gubernur Sumsel Herman Deru. Namun pada peralihannya waktu demi waktu tidak pernah manajemen menyampaikan secara transparan," ujarnya.
Pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa ketika Sriwijaya FC kemudian berubah menjadi milik pribadi. Capo Tifoso Ultras Palembang ini tinggal berharap komitmen dan tanggung jawab si pemilik untuk membesarkan klub yang sudah terlanjur dicintai oleh masyarakat.
"Karena dia pemilik saham terbesar otomatis tanggung jawab dia juga, harus memikirkan keuangan yang sehat pemain yang bagus. Bagi kami terserahlah urusan saham itu, tapi kita juga sebagai supporter dan masyarakat Sumsel ingin tahu juga dan harusnya ada transparansi. Bagaimana mau bertanggung jawab kalau sudah tidak transparan, karena kita ingin kembali ke Liga 1," tanya dia.
Dibeli Pakai APBD Beralih Jadi Milik Pribadi, Untuk Penuhi Ambisi?
Apabila klub ini awalnya dibeli dengan menggunakan dana APBD, maka menurut Ketua Sriwijaya Mania (S-Man), Eddy Ismail, pengurus harus bertanggung jawab kepada masyarakat sebelum melakukan pemindahan ataupun prombakan saham dalam kepemilikan.
"Apa bentuk pertanggungjawabannya, kenapa tiba-tiba jadi milik pribadi. Kami tidak paham, karena memang kita tidak dilibatkan untuk hal ini. Namun yang kami tahu, SFC ini awalnya dibeli menggunakan APBD pasca perhelatan PON di Palembang tahun 2004 lalu," jelasnya.
Sorotan terhadap peralihan saham PT SOM yang menaungi Sriwijaya FC ini juga disampaikan oleh Deddy Pranata, salah seorang pemerhati sepakbola Sumsel.
Frans -sapaannya- yang juga mantan Ketua kelompok Suporter ini cukup terkejut mendapati informasi jika saham Sriwijaya FC sudah beralih tanpa pemberitahuan kepada masyarakat. Menurutnya hal ini akan menjadi masalah di kemudian hari.
Sebab selama ini, suporter selalu menuntut tanggung jawab kepada manajemen. "Hanya saja manajemen yang mana yang bertanggung jawab, baru sekarang kita tahu siapa yang punya klub ini," kata Frans.
Seharusnya peralihan sahan ini dipublikasikan untuk menunjukkan profesionalisme pengurus klub, sekaligus pasang badan atas tanggung jawab yang diambil dan diterima sebagai pemilik.
"Tidak adanya keterbukaan dari pihak terkait bakal menimbulkan multi tafsir di masyarakat. Bukannya sentimen, tapi pemegang saham terbesar ini memang harus bertanggung jawab dengan kondisi klub saat ini, jangan cuma ambisi. Termasuk memikirkan bagaimana membangun tim ini agar lebih sehat dan kuat sehingga bisa kembali ke kasta tertinggi lagi," jelasnya.
Tanpa Transparansi, Sulit Melihat Sriwijaya FC di Kasta Tertinggi
Menyikapi ramainya pemberitaan mengenai kepemilikan saham Sriwijaya FC di tengah persiapan putaran kompetisi Liga 2 saat ini, salah satu tokoh sepakbola di Sumsel Hanief Djohan sangat menyayangkan langkah yang diambil oleh pengurus Sriwijaya FC.
"Susah kalau tidak ada transparansi, jelas kita saja kaget mendengar kabar tersebut. Kenapa prosesnya tidak ketok palu saat di DPRD dulu waktu take over. SFC ini awalnya dibeli dari APBD dan itu diketahui oleh seluruh masyarakat," jelasnya.
Dia mengatakan meskipun dalam prosesnya Sriwijaya FC menjelma menjadi klub profesional yang telah memiliki badan hukum. Namun bukan berarti, proses transparansi dalam peralihan saham ini disepelehkan.
"Ya, karena ini kan menyangkut tanggung jawab. Dalam perusahaan itu juga ada RUPS yang menentukan kebijakan. Hemat kami pemilik mayoritas saham itu harus bertanggung jawab dengan masa depan klub kedepan ini," tandas pria yang juga pemilik SSB Elang Emas (Elmas) Sriwijaya.
Hal yang sama juga diutarakan oleh salah satu pengamat sepakbola indonesia, Indra yang juga mengelola chanel youtube olahraga box2box.
Terlepas dari kontroversi dengan tidak adanya transparansi pengurus PT SOM yang menaungi Sriwijaya FC, banyak yang berharap klub ini akan kembali berprestasi. "Tentunya sangat disayangkan sekali, karena jika bicara soal transparansi lebih menitikberatkan pada profesional sebuah klub. Dalam hal peralihan saham tentu ada namanya RUPS, nah kemana tahapan ini jika tidak ada tranparan bagaimana bisa dikatakan klub ini profesional," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, profesionalitas klub menjadi poin penting dalam menciptakan klub sepakbola yang kuat dan sehat. Karena hal ini juga berdampak dari segi bisnis yang jadi penopang pemasukan klub tersebut.
"Memang ada yang fundamental tidak harus diungkap, tapi kalau semisal RUPS atau kepemilikan saham di suatu klub itu hal yang lumrah. Kenapa harus ditutupi, jadinya orang menilai klub tersebut tidak profesional dan itu berimbas terhadap peluang investor yang ingin berbisnis. Karena investor hanya ingin berinvestasi dengan klub yang profesional," pungkasnya.
- Masih Dalam Sengketa, Kuasa Hukum Muddai Madang Peringatkan untuk Tidak Membeli Saham Sriwijaya FC
- Membuka Tabir Masalah Sriwijaya FC: Peralihan Saham Sampai Gugatan Wanprestasi, Berimbas Minimnya Prestasi
- Suporter Ultimatum Pelatih SFC, Singa Mania: Satu Pertandingan Lagi Tidak Menang, Silahkan Angkat Kaki!