Seruan Boikot Produk Pro-Israel Bikin Toko Ritel di Pagar Alam Sepi Pembeli

Toko ritel di Pagar Alam mengalami penurunan omzet lantaran seruan boikot produk pro Israel. (ist/rmolsumsel.id)
Toko ritel di Pagar Alam mengalami penurunan omzet lantaran seruan boikot produk pro Israel. (ist/rmolsumsel.id)

Para pengusaha ritel di kota Pagar Alam merasakan dampak seruan untuk boikot produk dan usaha yang terafiliasi dengan negara Israel sebagai respons terhadap agresi mereka di Gaza, Palestina. 


Pemilik Mini Market MM88, Asiau mengatakan, tokonya mengalami penurunan drastis dalam omzet penjualan karena masyarakat lebih memilih untuk tidak membeli produk yang dianggap pro-Israel.

Produk-produk dari perusahaan seperti Unilever, termasuk kebutuhan sehari-hari seperti pasta gigi, sabun, deterjen, serta berbagai makanan, minuman, dan produk kecantikan, menjadi target boikot. 

Asiau menyatakan, seruan ini memberikan dampak nyata pada bisnisnya, dan meskipun ia tidak menyematkan tanda pada produk yang dijual, masyarakat cenderung mengecek informasi sebelum membeli.

"Masyarakat sekarang tidak mau beli barang yang mereka tahu itu pro-Israel, seperti pasta gigi, sabun, shampo, dan deterjen. Sebagai pedagang, saya merasakan penurunan penjualan, terutama pada produk-produk tersebut," ungkap Asiau.

Meskipun tidak ada penanda khusus di toko Asiau, kesadaran masyarakat terhadap produk-produk tertentu yang terafiliasi dengan Israel mengakibatkan penurunan pembeli. Beberapa ibu rumah tangga, seperti Sari, menyatakan mereka mencari produk pengganti yang tidak terkait dengan Israel.

"Saya mencari produk serupa yang bukan dari perusahaan yang mendukung Israel. Suami saya selalu mengingatkan untuk tidak membeli produk pro-Israel, jadi kami mencari alternatif lain," kata Sari.

Seorang tokoh pemuda, Randi, juga mendukung aksi boikot sebagai bentuk solidaritas dengan rakyat Palestina. Ia menyatakan bahwa mendukung seruan boikot adalah salah satu cara untuk menyampaikan keprihatinan terhadap penderitaan rakyat Palestina.

"Membeli satu produk yang pro-Israel sama saja kita menyumbang satu peluru untuk membunuh rakyat Palestina," tegas Randi.

Seruan boikot produk terkait dengan konflik politik dan kemanusiaan tertentu dapat memengaruhi dinamika bisnis dan memicu perubahan perilaku konsumen di tingkat lokal.