Setelah sukses dengan pementasan "Sang Penjaga" tahun lalu, seniman Nurdin kembali mempersembahkan karya terbarunya, sebuah drama musikal berjudul "Ande-ande Pulo Kemaro."
- Durian Manis dan Murah dari Kebun Sobirin, Tanam 20 Varietas, Siap Manjakan Lidah Pelanggan
- Ada Pembatasan Penerbangan KTT G20, Masyarakat Diimbau Atur Kembali Jadwal Perjalanan ke Bali
- Tiga Kota Ini Wajib Kamu Kunjungi saat Berwisata ke Korea Selatan
Baca Juga
Pementasan yang diadakan pada Sabtu malam, 6 Juli ini, akan berlangsung di pelataran Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.
"Sang Penjaga," yang mengangkat fenomena tradisi tunggu tubang etnik Semende, telah berhasil memukau penonton. Kini, Nurdin menghadirkan seni pertunjukan dalam bentuk drama musikal yang mengisahkan legenda populer di Palembang.
"Pementasan drama musikal legenda yang sangat populer di Palembang ini didukung oleh Dana Indonesiana, Kemendikbud," kata Nurdin, Jumat (5/7).
Dalam pementasan ini, Nurdin menggandeng sejumlah seniman senior di Palembang, seperti Vebri Al Lintani sebagai penulis naskah, Amir Hamzah sebagai sutradara, serta Imansyah, Isnayanti Syafrida, Shellyna Salsabila, Erick Pirsely, Juanda, dan berbagai sanggar ternama di Palembang. Pergelaran ini melibatkan 60 orang, termasuk anak-anak disabilitas, barongsai, dan Wushu.
"Istimewanya, pementasan ini melibatkan juga adik-adik disabilitas yang ikut menari di awal pentas," ujar Nurdin.
Sutradara Amir Hamzah menambahkan bahwa anak-anak disabilitas menari dengan teknik tersendiri dan dipandu oleh pembimbing mereka agar bisa menari selaras dengan pemain lainnya.
"Mereka dipandu oleh pembimbingnya agar bisa menari dan selaras dengan pemain yang lain. Bagaimana caranya, silakan hadir besok," kata Amir.
Latihan intensif yang dilakukan di depan Museum SMB II menunjukkan bahwa drama musikal ini layak untuk ditonton.
"Kami mengajak masyarakat kota Palembang untuk menyaksikan sajian yang kami ramu sedemikian rupa, mengkolaborasikan teater, musik, tari, seni rupa dalam satu pentas yang menarik," tambah Amir.
Legenda Pulo Kemaro menceritakan kisah cinta antara Tan Bun An, seorang jejaka dari Tiongkok, dengan Siti Fatimah, seorang gadis Palembang. Kisah ini bermula dari kesepakatan lamaran dengan mahar 7 guci emas yang dikirim dari Tiongkok.
Karena kesalahpahaman, Tan Bun An membuang guci-guci tersebut ke sungai Musi, mengira isinya hanya asinan sawi. Namun, setelah mengetahui guci ke-7 berisi emas, ia menyesal dan terjun ke sungai untuk mengambil kembali guci-guci sebelumnya, tetapi tidak pernah kembali.
Siti Fatimah menyusul dan berkata bahwa jika mereka tidak kembali, maka tanah yang tumbuh di sana adalah pusara mereka berdua, yang kemudian dikenal sebagai Pulo Kemaro.
Pementasan "Ande-ande Pulo Kemaro" ini menjanjikan pengalaman menonton yang penuh dengan kolaborasi seni dan budaya yang unik.
- Ucok Abdulrauf Damenta Apresiasi Dukungan Masyarakat dan Seniman Selama Menjabat PJ Walikota Palembang
- Mars Pertempuran 5 Hari 5 Malam Diciptakan sebagai Penghormatan kepada Pahlawan Palembang
- Yudha-Bahar Ingin Sulap Pulo Kemaro Seperti Sentosa Island di Singapura