Masjid Muhammad Cheng Ho yang terletak di Jalan Pangeran Ratu Jakabaring, Kelurahan 15 Ulu, menjadi salah satu simbol toleransi yang kuat di Kota Palembang.
- SMB IV Kunjungi Halmahera Selatan, Hadiri Festival Marabose
- iForte Ajak Sineas Muda Palembang Berkompetisi Garap Film Pendek
- Camping Glamor, Wisata yang Lagi Hits di Kota Pagar Alam
Baca Juga
Masjid yang mengusung corak budaya Tionghoa ini juga menjadi pusat bagi warga non-Muslim yang ingin memeluk agama Islam, terutama saat bulan Ramadan, ketika banyak warga non-Muslim yang mengikrarkan syahadat di masjid ini.
Masjid Muhammad Cheng Ho memiliki desain yang mencolok, dengan bangunan utama yang didominasi warna pink dan pilar-pilar merah yang khas.
Atap masjid dilengkapi kubah berwarna hijau dengan bulan sabit dan bintang, mirip dengan masjid-masjid di Timur Tengah. Tidak hanya itu, dua menara pagoda berwarna merah yang berdiri megah di kedua sisi masjid menjadi ciri khas masjid ini.
Masing-masing menara, yang diberi nama Habluminallah (hubungan dengan Allah) dan Habluminannas (hubungan dengan sesama manusia), memiliki lima tingkat, yang melambangkan jumlah waktu shalat dalam sehari.
Ketinggian menara yang mencapai 17 meter juga melambangkan jumlah rakaat dalam setiap shalat wajib.
Di dalam masjid, pengunjung akan disambut dengan interior yang kental nuansa Tionghoa, dengan dominasi warna merah. Ornamen-ornamen khas budaya Tionghoa, seperti desain daun pintu utama, pancang-pancang, dan ornamen pagar pembatas, semakin mempercantik tampilan masjid.
Pintu gerbang atau gapura masjid ini juga memiliki gaya Tiongkok yang khas, dengan pilar merah dan atap limas berwarna kuning emas, serta papan nama bertuliskan “Masjid Muhammad Cheng Hoo” dalam aksara Mandarin.
Ketua Masjid Cheng Ho Palembang, Ustadz Yanto, menjelaskan bahwa masjid ini dibangun oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sebagai tempat untuk menampung mualaf dari keturunan Tionghoa yang tidak diterima oleh keluarganya.
Masjid ini juga berfungsi sebagai pusat pembelajaran agama Islam bagi mereka yang baru saja memeluk agama Islam.
“Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Hoo di Palembang ini mulai dibangun pada tahun 2002 dan digunakan pada tahun 2008,” jelas Ustadz Yanto.
Masjid ini memiliki dua lantai, dengan lantai pertama digunakan untuk jamaah laki-laki dan lantai kedua untuk jamaah perempuan. Meskipun ukuran bangunannya terbilang tidak besar, sekitar 40 m², masjid ini mampu menampung sekitar 500 jamaah.
Suasana di dalam masjid terasa sejuk dan nyaman berkat sirkulasi udara yang baik, meskipun tanpa pendingin udara, hanya dengan kipas angin dan jendela-jendela besar yang memungkinkan udara bebas masuk dan keluar.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Cheng Ho juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, seperti tempat pendidikan Al-Quran untuk anak-anak yang ingin belajar mengaji secara gratis, perpustakaan, ruang serbaguna, dan kantor Dewan Kemakmuran Masjid.
Keberadaan masjid ini menjadi bukti nyata bahwa budaya dan agama dapat berjalan berdampingan dengan harmonis, menciptakan rasa saling pengertian dan toleransi yang kuat di Kota Palembang.