Jalur kereta api di Sumatera Selatan, yang menghubungkan kawasan industri batu bara di Tanjung Enim hingga pelabuhan di Keramasan dan Kertapati, diprediksi akan mengalami peningkatan kemacetan.
- Kembalikan Formulir Bacawako Palembang ke PDIP, Fitrianti Agustinda Harap Dapat Dukungan
- BBM Subsidi Menipis, Antrian Solar dan Pertalite di Palembang Makin Panjang
- Duet Anies-AHY Otomatis akan Membangunkan Kekuatan SBY
Baca Juga
Hal ini terkait dengan proyek pembangunan fasilitas Train Loading Station (TLS) baru senilai Rp 2 triliun yang dikerjakan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).
Proyek ini bertujuan meningkatkan kapasitas angkutan batu bara dengan efisiensi hingga 3.000 ton per jam. Meski proyek ini dianggap strategis, kekhawatiran muncul di tengah masyarakat terkait potensi penambahan kemacetan di jalur kereta yang sudah padat, terutama di titik perlintasan sebidang.
Direktur Suara Informasi Rakyat Sriwijaya (SIRA), Rahmat Sandi, menyoroti bahwa peningkatan aktivitas angkutan batu bara dapat memperburuk arus lalu lintas, memperpanjang waktu tempuh perjalanan warga.
Rahmat juga mengkritisi lambannya pembangunan fly over di beberapa perlintasan sebidang, yang seharusnya menjadi solusi. “Proyek fly over ini malah menjadi sumber kemacetan yang tak kunjung teratasi," ujarnya.
Dia mendesak pemerintah dan pihak terkait segera menuntaskan proyek fly over untuk meminimalisir dampak negatif dari proyek TLS PTBA.
Kerjasama PTBA dan PT KAI dalam proyek ini juga mencakup pembangunan dua line Conveyor System sepanjang 13 km dan 17 km serta tiga Dump Hopper untuk dump truck berkapasitas besar. Namun, tanpa penyelesaian infrastruktur pendukung seperti fly over, kemacetan akan terus menghantui masyarakat Sumsel.
- Mobil Pintar Bukit Asam, Sahabat Anak Sekolah yang Membawa Dunia dalam Buku
- Demi Warisan untuk Anak Cucu, PTBA Tanam Pohon Bersama Masyarakat
- Konflik Lahan Robert Aritonang vs PTBA-BSP: Penggugat Serahkan Bukti Aktivitas Penambangan Terbaru