PKB Sumsel Sentil Rendahnya Rasio Penduduk  Berpendidikan di Indonesia

Ramlan Holdan (Ist/rmolsumsel.id)
Ramlan Holdan (Ist/rmolsumsel.id)

Rasio Penduduk Berpendidikan Tinggi terhadap populasi usia produktif di Indonesia saat ini baru mencapai 0,45 persen  masih kalah di bandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia 2,43persen  sedangkan untuk negara maju 9,8persen.


Bahkan melihat data tersebut Presiden Republik Indonesia Joko widodo saat membuka Konvensi XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) , Senin (15/1) pagi, mengaku sempat terkejut dan menyebut angka tersebut masih jauh dibandingkan negara Malaysia.

Ketua DPW PKB Sumsel Ramlan Holdan sangat menyesalkan bahwa seorang Presiden baru mengetahui dan terkejut dengan Rasio Penduduk Berpendidikan Tinggi di Indonesia begitu rendah.

Ramlan Holdan mengatakan, bahwa rasio penduduk berpendidikan tinggi terhadap populasi usia produktif di Indonesia sangat kalah jauh dengan Vietnam dan Malaysia apalagi ditingkat dunia.

 “Artinya mutu kualitas populasi S1 dan S2 dari populasi usia produktif di Indonesia masih sangat jauh dibandingkan negara negara tetangga apalagi di tingkat dunia. Dengan data yang ada itu artinya 10 tahun kerja Jokowi soal pendidikan itu masih sangat jauh,” kata Ramlan Rabu (17/1).

Ia kemudian membandingkan dengan kualitas 500 perguruan tinggi di seluruh dunia.  Indonesia menurutnya baru masuk ranking 200 sedangkan Malaysia dan Singapura sudah masuk ranking 100.

“Jadi jangan bicara lagi tentang kita yang ingin menuju negara maju kalau dari segi pendidikan Indonesia di Asia saja kalah, bahkan untuk 10 tahun atau 20 tahun kedepan masih sangat jauh,”ujarnya.

Ramlan Holdan mengungkapkan, bahwa menurut pendapat pribadinya Indonesia harus ada revolusi pendidikan kalau ingin mensejahterakan dan ingin Indonesia menjadi negara maju 10 tahun atau 20 tahun ke depan, karena tanpa itu Indonesia akan tenggelam.

 “Dengan adanya revolusi pendidikan, setiap tahun kita dapat mengirim, misalnya 100.000 Dokter untuk S2 atau S3 ke perguruan tinggi yang memiliki kualitas lebih baik, jika itu kita lakukan insyaallah 10 tahun 20 tahun kedepan Indonesia akan bisa menuju negara maju namun jika itu tidak kita lakukan Sampai kiamat pun Indonesia tidak akan menjadi negara maju,” ujar mantan anggota DPRD Sumsel ini.

Dilanjutkannya lagi bahwa kesehatan dan pendidikan itu harus bergandengan karena pendidikan yang bermutu harus diimbangi dengan kesehatan yang maksimal.

 “Jadi mulai dari kandungan selanjutnya balita harus minimal gizinya terpenuhi, kalau tidak seperti itu kapan mau pintar, IQ masyarakat kita rata rata rendah, jadi pendidikan dan kesehatan itu memang harus sejalan jika kita ingin menuju negara maju,” katanya,

 Makanya saat ini  menurutnya Indonesia  hanya menjadi negara konsumtif, yang hanya bisa membeli barang jadi dari luar sedangkan bahan dasarnya banyak yang di hasilkan dari negara kita namun barang jadinya di buat negara lain, misalnya seperti barang elektronik yang kebanyakan di buat oleh negara luar,

“Itu baru barang elektronik saja belum yang lainya, apalagi untuk mempertahankan kedaulatan negara, negara yang kuat itu jika senjatanya kuat, dia punya persenjataan yang kuat jika sumber daya manusianya ada,” kata dia.