Peternak Sapi di Palembang Dihantam Badai PMK Jelang Iduladha

Kondisi sapi yang didiagnosa terjangkit PMK di Palembang. (Humaidy Kennedy/rmolsumsel.id)
Kondisi sapi yang didiagnosa terjangkit PMK di Palembang. (Humaidy Kennedy/rmolsumsel.id)

Jelang Iduladha Penyakit Kulit dan Kuku (PMK) merebak di Sumsel. Ribuan ternak, khususnya sapi yang akan menjadi konsumsi utama, disinyalir terjangkit dan membuat peternak kewalahan.


Beberapa ciri PMK ini yang bisa terlihat antara lain, suhu hewan mencapai 39 derajat. Ada lepuhan seperti cacar di sekitar mulutnya. Lalu, di kakinya terdapat luka merah di sela-sela kuku. Jenis sapi yang terjangkitpun beragam, mulai dari sapi biasa, sapi bali, hingga sapi limosin.

Di kota Palembang, merebaknya PMK ini diungkapkan oleh Yani (51), salah satu peternak sapi di kawasan Sukawinatan, Kelurahan Sukajaya Kecamatan Sukarami. 

Sejak sepekan terakhir, sapi yang ada di kawasan ini sudah terjangkit penyakit ini (PMK). Kendati demikian, belum ada solusi dan bantuan dari pemerintah baik Pemkot Palembang maupun Pemprov Sumsel.

“Saya ada 60 sapi, yang lain juga sekitar begitu, punya adik saya 25 sapi, dan semuanya memiliki (terkena) gejala ini,” katanya saat dikunjungi, Rabu (8/6).

Ketua Koperasi Usaha Lestari ini pun telah mencoba beragam obat. Mulai dari menggunakan ramuan herbal hingga menggunakan obat seperti paracetamol dan amoxilin. 

Akan tetapi, langkah tersebut masih belum menunjukan hasil positif. Sehingga dia berharap agar pemerintah cepat menangani persoalan ini dengan menyediakan obat, vaksin ataupun vitamin untuk menjamin kesehatan sapi.

“Kami minta ketersediaan obat untuk penyembuhan penyakit ini ada, karena saat ini obat itu kami mau beli dan cari dimana-mana itu susah, bahkan tidak ada,” ujarnya.

Kondisi sapi yang mengeluarkan liur sehingga didiagnosa terjangkit PMK. (Humaidy Kennedy/rmolsumsel

Merebaknya PMK ini juga diaminkan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, drh Jafrizal. Menurutnya, wabah ini menyebar bukan hanya di kawasan Sukajaya, melainkan juga terjadi di daerah lainnya, seperti Kawasan Keramasan, hingga Kecamatan Gandus. 

"Perlu penanganan segera untuk memastikan kesembuhan sapi yang terjangkit ini, sebelum hari raya Idul adha," singkatnya.

Tidak hanya di Sukawinatan, dalam penelusuran Kantor Berita Rmolsumsel, wabah PMK ini juga menimpa peternak sapi di kawasan Talang Jambi dan sekitarnya 

Jafrizal mengatakan dari kondisi di lapangan, saat ini para peternak sangat membutuhkan obat-obatan, mulai dari vitamin hingga vaksinasi untuk sapi yang terjangkit maupun belum. 

Karena itu, pihaknya menilai perlu langkah cepat dari pemerintah terkait kondisi saat ini. Termasuk dari sisi Pengawasan dalam pengiriman ternak yang masuk ke kota Palembang. 

"Kalau memang mau mendatangkan hewan ternak, tentu harus dari wilayah yang aman dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan,” katanya. 

Kepala DKPP Sumsel. Ruzuan Effendi (Istimewa/net)

Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, Ruzuan Effendi mengatakan semua pihak untuk tidak membuat resah, khususnya menjelang hari raya kurban. 

Dia menegaskan, diagnosa positif PMK ini hanya diketahui melalui pengecekan laboratorium, bukan peternak maupun dokter hewan. Sehingga menurutnya, jika belum melakukan pengecekan tidak bisa dikatakan terjangkit PMK.

"Tidak semua sapi sakit itu positif terjangkit PMK. Sama halnya dengan Covid-19. Harus ada pengecekan laboratorium," singkatnya. 

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak ini merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Hanya saja, butuh obat-obatan dan pencegahan agar tidak menyebar.

Hanya saja sampai saat ini menurut Ruzuan belum ada bantuan dari pemerintah pusat terkait obat-obatan hingga vaksin, yang artinya Pemprov Sumsel mempersilakan bagi peternak untuk mencari obat-obatan diluar.

"Kami sudah sampaikan ke kabupaten/kota untuk memberikan bantuan, tapi dalam bentuk vitamin dan disinfektan," katanya.

Ruzuan mengatakan, pihaknya masih menunggu pengiriman vaksin dari pusat yang diharapkan pekan depan sudah diterima di Jakarta dan disebar ke provinsi serta kabupaten/kota termasuk di Sumsel. Sedangkan mengenai jumlah, Ruzuan menyebut ada 27 ribu vaksin yang diusulkan. 

"Semoga saja Sumsel mendapatkan kuota vaksin melebihi usulan tersebut," ujarnya.

Selain itu, dia juga mengaku telah memperketat pengiriman sapi dari daerah wabah. Bahkan, pihaknya juga telah bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk melakukan penjagaan.

"Jika memang tidak ada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang dikeluarkan dokter berwenang di Provinsi atau kabupaten untuk masuk ke Sumsel maka akan dilarang," pungkasnya.

Mengenai jumlah hewan yang terjangkit, Ruzuan membantah. Sebab menurutnya berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumsel, setidaknya ada 28 sapi di Sumsel yang positif PMK dan 75 sapi suspek PMK. Hal ini berdasarkan laporan dan hasil laboratorium.

"Untuk di Palembang itu hanya ada tiga ekor sapi dan itu sudah dipotong paksa," kata Kepala DKPP Sumsel, Ruzuan Effendi.

Untuk total sapi yang positif PMK di Sumsel yakni sebanyak 28 ekor, dengan rincian 27 ekor sapi sakit dan satu ekor dipotong paksa. Sedangkan, untuk total suspek yakni sebanyak 75 ekor. Dengan rincian tujuh ekor sapi mati. Lantaran masih kecil sehingga rentan terjadinya kematian. 

Lalu, 47 ekor sapi dinyatakan sembuh. Sedangkan, sisanya ada yang dipotong paksa dan masih menunggu hasil uji laboratorium.

"Dengan kondisi kesembuhan yang banyak ini, artinya penyakit ini berpeluang besar untuk sembuh. Namun, tentu harus ada usaha bersama untuk menjaga kesehatan hewan ternak dan menjaga kondisi kandang agar tetap bersih," Jelasnya