Watak pemilih Indonesia pada Pemilu Serentak 2024, berdasarkan pemetaan Algoritma Research and Consulting, cenderung berubah karena sudah mengutamakan pertimbangan pikiran. Sehingga ditemukan kemungkinan partai politik (parpol) baru untuk dipilih cukup kecil.
- Muncul Duet Hapal, Begini Tanggapan Heri Amalindo
- Sejalan Dengan Golkar dan PAN, Nasdem Setuju Pemilu Serentak Digelar 15 Mei 2024
- Cak Imin Usulkan Pemilu 2024 Ditunda Satu atau Dua Tahun
Baca Juga
Hal ini terekam dalam hasil survei terbaru Algoritma pada medio 19 hingga 30 Desember 2022, yang dirilis di Tamarin Hotel, Jalan KH. Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/1).
Direktur Riset dan Program Alogaritma Research and Consulting, Fajar Nursahid menjabarkan, pada pertanyaan tingkat konfirmitas pemilih ditemukan sikap tidak tetap cenderung lebih tinggi ketimbang yang tetap.
"Pemilih cukup rasional karena menimbang progra kejra sebanyak 43 persen sebagai pertimbangan utama dalam memilih partai politik," ujar Fajar.
Kaitannya dengan itu, peluang partai baru untuk terpilih terbilang cukup kecil. Karena pada tingkat konformitas pemilih, publik masih menunggu terobosan parpol yang bakal beprengaruh ke tingkat keterpilihan mereka.
"Peta politik sudah jenuh. Partai lama relatif dominan menjadi pilihan masyarakat, sebesar 65 persen," urai Fajar.
"Hanya sedikit atau 8 persen masyarakat yang menimbang akan memilih partai baru. Maka partai baru tidak cukup peluang," demikian Fajar menambahkan.
Survei Algoritma Research and Consuting ini memiliki margin of error kurang lebih sebesar 3 persen, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Sebanyak 1.214 responden yang terlibat dalam survei ini diwawancara secara tatap muka menggunakan kuesioner yang dilakukan oleh 66 enumerator.
- Nasdem, PAN dan Golkar Mulai Buka Penjaringan Kandidat Calon Kepala Daerah
- PPP Tergusur dari Parlemen, Cuma 8 Parpol Lolos Parliamentary Threshold
- Miliki KTA Parpol, 3 ASN Disdik Jabar Diberhentikan Tidak Hormat