NPCI Sumsel Sebut Faktor Ini Sebabkan Target Medali di Peparnas XVI Gagal Terpenuhi

Kontingen Sumsel di Peparnas XVI Jawa Barat. (Istimewa/rmolsumsel.id)
Kontingen Sumsel di Peparnas XVI Jawa Barat. (Istimewa/rmolsumsel.id)

Duta olahraga Sumsel yang berjuang pada ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021 yang berlangsung 2-15 November lalu, kembali dengan membawa 52 medali, dengan rincian 15 emas, 16 perak dan 21 perunggu.


Dengan jumlah torehan medali tersebut, Kontingen Sumsel finis di peringkat ke-9 dari 33 provinsi yang berpartisipasi di Peparnas kali ini. Kendati masuk 10 besar nasional, tapi jumlah medali kali ini menurun dibanding dengan pencapaian sebelumnya di Peparnas XV Jawa Barat 2016. 

Ketika itu, Sumsel membawa pulang 69 medali yang terdiri dari 24 emas, 17 perak, dan 28 perunggu. Sumsel pun finis di peringkat 8. Bahkan berkaca dari hasil Peparnas XV Jawa Barat itu, sebelum keberangkatan kontingen Sumsel ke Papua awal November lalu, NPCI Sumsel menargetkan Sumsel meraih 26 medali emas dari delapan cabang olahraga (cabor) yang diikuti di Peparnas XVI Papua. 

Menanggapi hal itu, Ketua NPCI Sumsel, Ryan Yohwari mengatakan, penyebab kegagalan meraih target disebabkan teknis dan regulasi. Karena banyak atlet andalan yang diprediksi meraih medali lebih dari satu tak bisa tampil, lantaran pembatasan regulasi.

“Bicara target memang kita gagal, karena sebelumnya kita mematok 26 medali emas. Namun kegagalan kita lebih disebabkan terbentur di klasifikasi dan regulasi,” kata Ryan kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Sabtu (20/11).

“Saat kita bertanding di Papua kemarin, banyak atlet kita terganjal klasifikasi. Misalnya atlet yang biasa bermain di S6 naik jadi kasifikasi ke S8. Klasifikasi itu bagian dari ukuran ringan atau beratnya cacat atlet. Banyak juga terkena di regulasi seperti kategori atlet nasional, itu hanya boleh main di satu nomor saja. Tentu otomatis peluang untuk meraih medali berkurang,” sambung dia. 

Meski demikian, pihaknya juga mengapresiasi kinerja atlet serta pelatih dan ofisial yang pantang menyerah. Dia mengatakan pada ajang kali ini ada kejutan yang membanggakan di cabor badminton. 

“Dari sembilan atlet badminton yang dimainkan, hanya satu yang tak dapat medali. Nomor perorangan kita dapat 1 emas dan harus diingat, selama ini cabor badminton selalu kesulitan meraih medali di Peparnas. Namun di ajang kali ini mereka bikin kejutan dan mampu bersaing dengan atlet provinsi lain,” ujarnya. 

Setelah perhelatan Peparnas Papua, Ryan mengatakan, pihaknya tetap mengevaluasi hasil tersebut. Termasuk membahas program jangka panjang dan menengah NPCI Sumsel. Menurutnya banyak hal yang perlu disempurnakan sehingga ke depannya Sumsel bisa terus menorehkan hasil terbaik sesuai harapan.

“Kita tetap melakukan evaluasi dari hasil ini, terutama soal klasifikasi yang menjadi perhatian penting bagi kita. Ke depan tentunya bagaimana caranya kita akan berusaha klasifier yang berkelas dunia sehingga strategi klasifikasi sesuai harapan,” terangnya. 

Ryan menyebutkan, capaian atlet disabilitas Sumsel di Peparnas XVI Papua sedikit banyak terdampak dari pandemi Covid-19 yang membuat persiapan kurang maksimal. Namun masuk 10 besar dan mampu mengungguli Jawa Timur sebagai salah satu daerah di Pulau Jawa yang sulit dikejar dalam hal prestasi itu prestasi yang cukup membanggakan. 

“Pertama kita patut bersyukur atas apa yang telah kita raih. Karena secara perolehan medali saya rasa tidak gagal dan juga peringkat kita keseluruhan masuk dalam 10 besar. Namun evaluasi tetap akan jalankan,” pungkasnya.