Musim Kemarau, Warga Muara Enim Sesak Napas Gara-gara Debu Batu Bara

Konvoi kendaraan pengangkut Batu Bara, yang menyisakan debu dan kemacetan.(Novianysah/RMOLSumsel.id)
Konvoi kendaraan pengangkut Batu Bara, yang menyisakan debu dan kemacetan.(Novianysah/RMOLSumsel.id)

Warga Kabupaten Muara Enim mengeluhkan sesak napas karena banyaknya debu batu bara yang mencemari udara saat musim kemarau lantaran banyaknya mobilitas angkutan melintas di tiga ruas jalan utama.


Adapun lokasi jalan yang dilintasi mobil angkutan batu bara tersebut adalah sepanjang jalan SMB II kelurahan Air Lintang dan Pasar II Kecamatan Muara Enim serta Jalan Lintas Tengah  (Jalinteng) Sumatera.

Dian (42) salah satu warga mengaku, kondisi banyaknya debu batu bara menjadi kian pekat saat malam hari. Debu itu beterbangan dari mobil truk pengangkut batu bara. Bukan hanya sesak napas, namun mata pun menjadi perih akibat pekatnya debu tersebut.

"Hal ini sudah sangat mengganggu, apalagi di malam hari banyak pula kendaraan yang ngeyel untuk parkir di tepian jalan, sudah sering kali diingatkan baik oleh masyarakat atau pihak berwenang agar tidak parkir di sepanjang jalan SMB II tapi masih saja," kata Dian kepada RMOLSumsel, Jumat (15/9).

Pemkab Muara Enim sebelumnya sudah menetapkan ketentuan penindakan dengan melakukan sanksi denda terhadap angkutan Batubara yang bandel dan memaksa parkir di sepanjang bahu jalan SMB II yang menghubungkan kabupaten Muara Enim dan Lahat.

Namun, belakangan ini aksi tersebut kembali dilakukan oleh para sopir angkutan dengan alasan beristirahat makan. Debu-debu yang berterbangan ini sangat membahayakan, karena menurutnya debu biasa dengan debu batu bara ini berbeda.

"Kalau debu batu bara ini terasa perih di mata dan sesak di dada, lain hal dengan debu-debu biasa, kami harap pihak perusahaan bisa melakukan penyiraman atau pembersihan debu-debu dan ceceran Batu Bara di sepanjang jalan," harapnya.


Terpisah, anggota DPRD Kabupaten Muara Enim, Kasman juga merasa kesal terhadap ulah para perusahaan transportir yang kerap mengesampingkan kepentingan umum saat berkendara.

Ia pun meminta kepada Dinas terkait  proaktif memeriksa baku mutu udara yang ada saat ini telah tercemar.

"Kalau saya lihat banyak juga yang tidak rapat saat menutup terpal (batu bara), kemudian ini dump truk dan sejenisnya kerap ngebut kalau dalam keadaan kosong," kata Kasman.

Menurut Kasman, pengusaha transportir sebetulnya telah berulang kali diperingatkan agar memperhatikan angkutan batu bara mereka agar tidak parkir di sepanjang jalan. Selain itu, terpal penutup pun diminta harus rapat agar tidak menimbulkan debu. 

Hanya saja, masih terdapat beberapa perusahaan yang membandel dan tidak mengikuti instruksi tersebut.

“Jalan yang dilalui itu bukan jalan tambang. Itu jalan masyarakat, saya sudah punya list perusahaan-perusahaan transportir yang bandel itu dalam waktu dekat akan dilakukan pemanggilan.Enak saja lewat-lewat tanpa sopan santun, itu debu-debu di pinggir jalan bersihkan dan lakukan penyiraman jalan, kami akan rekomendasikan pencabutan izin melintas kalau begitu,”tegasnya.